Pandemik Covid-19 yang terjadi saat ini sungguh berdampak luar biasa, baik itu berdampak pada perekonomian nasional juga pada masyarakat kalangan atas hingga masyarakat lapisan paling bawah. Pandemik Covid-19 merubah beberapa kebiasaan masyarakat salah satunya dalam berinteraksi. Pertemuan – pertemuan yang biasanya dilakukan dengan tatap muka, sekarang dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan aplikasi – aplikasi online yang tersedia untuk mencegah penyebaran pandemik covid-19. Hingga saat berita ini ditulis, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 18.500 orang.

Melihat dampak pandemik yang begitu luar biasa, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan Pandemik COVID-19 sebagai bencana nasional. Penetapan itu dinyatakan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional.

Dalam sebuah diskusi menarik melalui siaran langsung di Instagram bersama Dr.Ir. Mahditia Paramita, M.Sc. dan Ramalis Soebandi, Ph.D yang membahas dampak Pandemik Covid-19 terhadap masyarakat yang “terusik” dengan adanya pandemik ini. Mulai dari mengusik kebiasaan masyarakat indonesia yang suka bersilaturahmi karena dapat meningkatkan resiko penularan pandemik Covid-19. Lalu, “Bagaimana cara pencegahannya?” Demikian salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Ramalis Soebandi. Kebiasaan masyarakat Indonesia menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan cara bersilaturahmi ke sanak saudara dapat meningkatkan resiko perluasan penularan pandemik Covid-19. Kita tahu bahwa Covid-19 sangat mudah menular melalui droplet atau butir cairan yang keluar dari mulut seseorang ketika berbicara, dapat juga menular melalui sentuhan dengan orang yang positif terpapar Covid-19.

Diskusi yang dilaksanakan pada hari Minggu, 17 April 2020 pukul 15:00 – 16:00 WIB ini mengangkat tema “Terusik Pandemik: Permukiman Tangguh Bencana”. Permukiman tangguh dapat mencakup lingkungan hunian yang dikembangkan untuk menyesuaikan diri terhadap dampak dari bencana yang terjadi di kawasan permukiman tersebut. Permukimkan Tangguh Bencana meliputi ketahanan bangunan terhadap kemungkinan bencana di masa depan, kesiapan masyarakat dan lingkungan setempat akan mitigasi dampak bencana setempat, maupun ketangguhan pembangunan hunian pasca terjadinya suatu bencana.

Hal yang menarik dalam diskusi ini adalah terdapat penjelasan ketika terjadi bencana baik alam maupun non alam termasuk pandemik Covid-19 ini, permukiman bisa disebut tangguh apabila dapat memenuhi kriteria-kriteria permukiman tangguh seperti berikut:

  1. Mandiri Pangan
  2. Mandiri Air bersih, penyediaan air bersih dengan memafaatkan potensi sumber air di sekitar permukiman.
  3. Mandiri energi, misalnya tidak tergantung pada listrik dari PLN. Masyarakat dapat memanfatkan pembangkit tenaga listrik tenaga surya atau dengan memanfaatkan aliran sungai, mulai dari teknologi yang sederhana sampai yang kompleks.
  4. Tangguh bencana, bisa bencana alam atau non alam, hubungannya dengan tata sosial kelembagaan masyarakat untuk menanggulangi bencana dan pemulihan pasca bencana.

 

Dalam mewujudkan konsep permukiman tangguh bencana, terdapat prioritas yang harus dilakukan yaitu mulai dari melakukan pendataan terhadap kalangan masyarakat yang paling rentan, orang tua, anak-anak. Kemudian dalam skala yang lebih besar dapat dilakukan zonasi untuk memetakan persebaran kawasan yang dihuni masyarakat dengan kondisi rentan, sehingga dapat ditentukan kawasan prioritas penanganannya.

Dr. Mahditia menyampaikan tentang pengalaman di Desa Panggungharjo dalam menghadapi pandemik ini. Desa Panggungharjo terletak di Kelurahan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Panggungharjo sudah mempunyai sebuah aplikasi yang bernama pasardesa.id. Pasardesa.id membantu usaha – usaha di Desa Panggungharjo agar uang di desa tetap berputar di desa atau tidak keluar dari desa tersebut. Pasardesa.id juga memberikan subsidi dalam jual belinya yang merupakan bagian dari program bantuan sosial (bansos) oleh Desa Panggungharjo. Pasardesa.id sangat membantu perputaran roda ekonomi di Panggungharjo dalam kondisi pandemik ini. Harapannya aplikasi ini dapat dimanfaatkan masyarakat secara lebih luas lagi.

Dengan situasi seperti ini bagaimana perubahan mitigasi bencana yang terjadi?

  • Ada sistem baru yang terbentuk dalam tingkat permukiman seperti adanya gugus covid tingkat permukiman, kebiasaan menggunakan internat, dan lain-lain.
  • Kebersihan saat ini menjadi hal yang utama untuk dilakukan masyakat, diantaranya dengan sering melakukan cuci tangan.
  • GAP (jarak) yang besar antara si kaya dan si miskin sehingga memerlukan adanya kegiatan donasi – donasi agar dapat membantu yang sedang kesulitan.
  • Digital literasi yang dipaksa sehingga tidak harus berinteraksi secara fisik. Hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan waktu, laporan kerja berupa

Demikian diungkapkan oleh Mahditia dan Ramalis dalam diskusi secara virtual tersebut. Akhirnya, mari kita berusaha dan berdoa agar pandemik covid-19 ini segera berakhir dan kita semua dapat kembali melaksanakan kegiatan kita dengan lebih baik, lebih produktif, untuk mewujudkan Indonesia Maju. (MBS/BVY/CARITRA)