Monografi dan Profil Desa: Belajar dari Dusun Serut

2020-07-09T07:33:08+00:009 Juli 2020|Artikel|

Gempa 2006 yang mengguncang Kota Yogyakarta dan sekitarnya menyebabkan banyaknya kerusakan rumah dan hilangnya korban jiwa. Hal yang sama terjadi di Dusun Serut, Desa Palbapang, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Gempa 2006 menjadi momentum bagi Dusun Serut untuk menata kembali dan melakukan perencanaan untuk menuju dusun yang lebih baik. Penataan dusun yang terencana dimulai dari membuat profil desa atau dusun yang baik. Profil desa/dusun tersebut tidak hanya sekedar data dan grafik mentah tetapi didalamnya juga memuat identifikasi masalah, pencarian solusi, dan penyusunannya dibuat sebagai sebuah informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan dusun atau desa. Informasi-informasi yang dapat menjadi elemen penyusunan atau pembuatan profil desa/dusun antara lain kondisi geografis, kependudukan, sarana, prasarana, perumahan, ekonomi dan produksi, kelembagaan, nilai sosial, regulasi, dan permasalahan utama yang dihadapi oleh desa. Belajar dari Dusun Serut menjadi hal menarik untuk melihat data monografi dan profil desa/dusun dikembangkan menjadi dasar konsep penataan kawasan.

 

Rahmad Tobadiyana, selaku Kepala Dusun Serut menyampaikan bahwa Dusun Serut menyusun profil desa untuk menuju dusun yang terencana melalui langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Koordinasi internal dengan berbagai tokoh masyarakat baik dari kalangan pemuda, perempuan, agama, dan lembaga internal lain. Koordinasi ini dilakukan melalui rembuk warga.
  2. Survey lapangan dan memperbarui data. Data yang dihimpun menggunakan metode spasial dimana dilakukan pemetaan tiap RT dan RW.
  3. Pemetaan dan menemukan potensi serta permasalahan yang ada.
  4. Kompilasi data dan analisis studi kawasan
  5. Menentukan arah dan konsep strategi pengembangan dusun yang menghasilkan visi “Perencanaan menuju Serut Hijau 2030”
  6. Pameran hasil perencanaan
  7. Fiksasi Desain
  8. Kompilasi akhir yang disertai monitoring dan evaluasi.

 

Dari hasil perencanaan yang diinisiasi pada tahun 2007 dengan HRC Caritra Jogja, muncul gagasan perencanaan yang berorientasi masa depan melalui “Serut Hijau 2030”. Perencanaan dilakukan secara bertahap selama lima tahunan sekaligus memperbaharui profil desa/dusun yang kemudian dilakukan evaluasi pada tahun 2013. Output yang dihasilkan dapat dilihat dari mulai tertatanya pengembangan di Dusun Serut, baik dari sisi infrastruktur, sosial, dan ekonomi masyarakat.

 

Dari sini kita dapat belajar dari Dusun Serut, bahwa profil desa/dusun tidak hanya sekedar angka atau sebagai kebutuhan administrasi yang harus dipenuhi oleh pemerintah desa. Profil desa/dusun dapat dimaknai lebih dalam sebagai potret desa/dusun dan dapat digunakan sebagai media dalam menggapai visi yang hendak diraih oleh pemerintah desa. Profil desa/dusun juga dapat berperan sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan dan program yang bersifat partisipatif sehingga program yang dilaksanakan lebih tepat sasaran. Pengemasan profil desa/dusun dapat dibuat secara informatif secara visual agar lebih dapat dimengerti oleh masyarakat umum serta mendapat perhatian dari OPD atau pihak lain yang ingin berkontribusi dalam pembangunan desa. Penyusunan profil desa/dusun hendaknya memuat berbagai permasalahan serta potensi yang dimiliki oleh desa/dusun sehingga dapat mempermudah penyusunan RPJMDes, seperti yang disampaikan oleh Ibu Aldhiana, seorang pemerhati desa.

 

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pemerintah desa masih menganggap profil desa/dusun sebagai kelengkapan administrasi yang harus ditunaikan sehingga dalam penyusunannya masih belum serius. Pemerintah desa seharusnya lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun profil desa/dusun. Dalam penyusunannya, pemerintah desa bisa bermitra dengan perguruan tinggi atau lembaga NGO yang dapat dijadikan sebagai pendamping saat proses pembuatan profil desa/dusun. Selain membutuhkan pendampingan, komunikasi antara pemerintah desa dengan masyarakat juga penting. Berbagai perwakilan pihak yang ada di desa hendaknya dilibatkan dalam proses penyusunan sehingga partisipasi masyarakat dapat ditampung secara menyeluruh. Jangan sampai data desa hanya berhenti dalam bentuk monografi dan profil desa saja, mari kita belajar dari Dusun Serut untuk memajukan desa yang berorientasi masa depan !! (SRNF/MEIP)