Akhir – akhir ini isu lingkungan menjadi masalah bagi dunia, kita dituntut untuk lebih inovatif dalam menciptakan sesuatu yang ramah lingkungan, bermanfaat, dan memberikan nilai tambah. Salah satunya penemuan dalam bidang konstruksi pembangunan seperti yang dilakukan tim dari Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) Semarang yang berhasil menciptakan alat pencetak bata kobel yang mudah digunakan masyarakat. Dr. Ir. Susilawati Cicilia Laurentia, M.Sc.H.E. atau akrab disapa Dr. Susi menjadi sosok yang menginisiasi inovasi bata kobel.

Bata Kobel adalah bata ramah lingkungan yang dibuat dengan bahan dasar tanah dicampur sedikit semen dan air yang kemudian dipres. Kelebihan bata kobel selain ramah lingkungan juga murah, karena bahan dasarnya dari tanah atau sisa bahan bangunan yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar kita. Kobel sendiri merupakan akronim dari “kokok beluk” yaitu sebutan untuk burung hantu yang merupakan lambang dari UNTAG Semarang.

Dr. Susi mengujicobakan hasil eksperimen alat pencetak bata kobel di Dusun Serut yang merupakan dusun dampingan HRC Caritra. Pada tanggal 6 – 7 November 2021, UNTAG Semarang berkolaborasi dengan HRC Caritra menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan di Dusun Serut. Masyarakat Dusun Serut sangat antusias mengikuti tahap demi tahap proses pembuatan bata Kobel ini.

Dalam kegiatan ini, masyarakat Dusun Serut turut serta mempraktekkan pembuatan bata kobel dengan alat hasil temuan Dr. Susi dkk. Kegiatan ini juga dihadiri Wakil Rektor 4 UNTAG Semarang yaitu Prof. Dr. Retno Mawarini Sukmariningsih, SH. MH, beserta jajarannya. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terima kasih atas semangat masyarakat Dusun Serut dan kerja sama HRC Caritra yang luar biasa. Beliau berharap, kerja sama ini terus dapat berlanjut di kemudian hari untuk menerapkan inovasi lainnya.

 

Dr. Ir. Susilawati Cicilia Laurentia, M.Sc.H.E. memberikan paparan tentang Bata Kobel hasil temuannya.

 

Awalnya inisasi alat pencetak Bata Kobel ini dimulai dari keinginan masyarakat yang berada di pegunungan dengan aksesibilitas yang kurang baik untuk mempunyai rumah yang sehat. Jika di pegunungan kondisinya lebih sulit untuk membawa bahan material naik keatas. Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul ide merancang alat untuk membuat bata dengan bahan yang ada di lingkungan sekitar sehingga mudah digunakan oleh masyarakat.

Bagaimana cara membuatnya?

Langkah pertama, sediakan tanah kering secukupnya lalu ayak tanah tersebut agar batuan yang besar dan kecil  terpisah. Campur tanah kering tersebut dengan sedikit semen dan air. Setelah campuran merata maka saatnya dipres dengan menggunakan alat yang tersedia. Hasilnya diangkat, lalu didiamkan disuhu ruangan selama 2-3 minggu. Dalam proses pengeringan Bata Kobel ini tidak boleh dipanaskan dibawah terik sinar matahari karena dikhawatrikan terjadi pengeringan yang tidak merata. Saat proses pembuatannya Bata Kobel ini tidak direkomendasikan dicampur dengan semen yang terlalu banyak.

Bata kobel ini sudah diterapkan diberbagai daerah di Indonesia, diantaranya rumah tinggal desa binaan di Kab. Boyolali, Rumah tinggal di Nunsui, Kupang-NTT, Rumah tinggal di Desa Tli’u, TTS-NTT, Rumah tinggal di Pemo, Kelimutu-Ende, Flores-NTT, Sanitasi di Desa Rukuramba, Ende, Flores-NTT, Gua di Ngalupolo, Ende, Flores-NTT, Asrama mahasiswi di Kupang-NTT, Drainase di UNIFLOR, Bata KOBEL dalam pembangunan bak distribusi air kerjasama CSR-BNI46 di Tanahmerah, Ende, Flores-NTT, Bata KOBEL dalam BUMdes, Bata KOBEL di dusun Wunut, Sriharjo, Imogiri, Bantul-DIY.

Bata Kobel dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk membangun rumah, membangun taman, pagar, dan lain sebagainya. Di Dusun Serut, bata kobel akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan di Taman Perpustakaan Jayari. HRC Caritra dalam hal ini membantu membuat desain implementasi bata kobel di Taman Perpustakaan Jayari Dusun Serut.

Bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk mencoba membuat Bata Kobel?

(MBS/BVY)

 

Foto bersama Warga Dusun Serut, HRC Caritra dan Jajaran Universitas 17 Agustus Semarang. (Foto HRC Caritra, 2021)