Sesudah menyelesaikan studi tentang perumahan dan tata kota di Belgia, Mahditia Paramita (35) pulang ke Indonesia dengan semangat menggebu untuk mengaplikasikan ilmunya. Namun, kenyataan di Tanah Air tak seindah yang dia bayangkan. Di tengah berbagai persoalan, Paramita terjun ke desa untuk membantu masyarakat membuat perencanaan kawasan yang berorientasi pada masa depan.
Tahun 2007, setamat kuliah di Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, Paramita bergabung dengan Housing Resource Center (HRC), organisasi nirlaba di Yogyakarta yang bergerak di bidang perumahan dan tata kota. “HRC berdiri tahun 2006 setelah gempa melanda Daerah Istimewa Yogyakarta. Awalnya HRC fokus pada isu perumahan yang aman gempa,” katanya, Jumat (10/4), di Yogyakarta.
HRC merupakan lembaga yang dibentuk aktivis perumahan. Pemerintah Daerah DIY, Kementrian Perumahan Rakyat, dan Program Pemukiman Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-Habitat).
Setahun kemudian, HRC mulai menghadapi ,masalah dana. Pasalnya, dukungan dari sejumlah lembaga, termasuk pendanaan dari Kementrian Perumahan Rakyat, mulai berhenti. “Padahal, saya waktu itu masih sangat muda dan belum terbiasa mengelola aktivitas kantor, mulai dari manajemen hingga program. Jadi agak berat juga waktu itu,” katanya.
Pada 2009, kesulitan di HRC makin parah. Dukungan dari berbagai lembaga yang menginisiasi HRC benar-benar berhenti. Paramita pun dihadapkan pada dua pilihan: menutup HRC atau mempertahankan organisasi tersebut tanpa dukungan finansial yang pasti. “Saya sempat mengalami dilemma. Sempat kepikir juga lebih baik saya tutup HRC dan kerja di organisasi nirlaba yang sudah besar,” ujarnya.
Paramita akhirnya memilih mempertahankan HRC dengan menderikan yayasan pada 2009. Setelah memutuskan menjadi lembaga mandiri, HRC mulai menjadi konsultan dan mengerjakan aneka proyek terkait tata kota dan perumahan yang bisa menghasilkan uang. Kini HRC bahkan memiliki tiga perusahaan yang juga bergerak sebagai konsultan di bidang perumahan, perencanaan perumahan, dan pengembangan teknologi tepat guna.
“Uang yang dikumpulkan itu kami pakai untuk mendanai kegiatan sosial, misalnya mendampingi masyarakat,” ujar Paramita yang kini menempuh program studi doctoral bidang kebijakan publik di Universitas Gadjah Mada.
Pengembangan Kawasan
Salah satu program unggulan HRC yang telah berjalan adalah pengembangan kawasan, khususnya dalam lingkup dusun dan desa. Dalam program itu, HRC bermitra dengan pemerintah, masyarakat, dan lembaga lain untuk membangun suatu kawasan, baik berupa dusun maupun desa, agar menjadi tempat tinggal yang nyaman sekaligus memiliki daya saing.
Pengembangan kawasan tersebut mengacu pada potensi local dan dilakukan secara partisipatif, yakni merangkul semua elemen warga. Hasil program tersebut adalah adanya rencana pentaan kawasan pada masa depan dan rencana investasi untuk pembangunan.
Paramita menjelaskan, program pengembangan kawasan itu dimulai tahun 2007. Berdasarkan pengalaman ketika belajar di Belgia, Paramita menilai seharusnya DIY memiliki rencana pengembangan kawasan sesudah gempa bumi yang dahsyat terjadi. Di sejumlah negara maju, perencanaan kawasan yang berorientasi pada masa depan itu sudah lazim dibuat, termasuk sesudah sesuatu bencana besar melanda.
“Indonesia, kan, belum ada rencana semacam itu sehingga kami mencoba bikin rencana pengembangan kawasan dalam lingkup desa,” kata Paramita. Ternyata, ide tersebut tak disambut baik pemerintah daerah.
”Memang sangat idealis, sih, waktu itu dan ternyata tak ada yang tertarik. Kami kirim surat ke Pemerintah Kabupaten Bantul, lalu dilempar ke pemerintah desa. Dari pemerintah desa ternyata di lempar lagi ke dusun,” kata Paramita sambil tertawa.
Program pengembangan kawasan itu akhirnya berjalan di Dusun Serut, Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Menurut Paramita, Kepala Dusun Serut, Rahmad Tobadiyana, menerima program tersebut dengan tangan terbuka.
”Pak Kepala Dusun Serut sangat visioner sehingga program pengembangan kawasan itu bisa berjalan dengan baik di sana,” ujarnya.
Proses perencanaan di Dusun Serut dimulai dari pengumpulan data dengan melibatkan masyarakat. Hasilnya, ditemukan potensi masalah, misalnya pertambahan penduduk, peningkatan volume sampah, serta dampak keberadaan industri dan perternakan di sana. Sesudah itu, HRC bersama warga merencanakan beberapa program untuk mengatasi masalah tersebut.
“Dalam rencana itu, sudah ada rencana membangun rumah susun, ruang terbuka hijau, dan pengelompokan kawasan industri. Benar-benar futuristik, ya?” kata Paramita yang kini menjabat Chief Executive Officer HRC.
Selain di Dusun Serut, HRC juga membantu perencanaan di wilayah lain, misalnya di Desa Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah; Kelurahan Tegalpanggung, kota Yogyakarta; dan di wilayah Kali Code, Yogyakarta.
Pprogram HRC yang cukup unik adalah Klinik Rumah Sehat, yakni layanan konsultasi dan desain rumah untuk masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Melalui program itu, HRC melayani masyarakat yang ingin membangun rumah sesuai kebutuhan dan anggaran yang mereka punyai. Program itu digelar di kantor HRC ataupun di pusat kegiatan masyarakat, termasuk sejumlah kelurahan di Yogyakarta.
“Kami melayani pertanyaan dan memberikan saran kepada warga terkait pembangunan rumah mereka misalnya izin pembangunan, subsidi keuangan, serta desain,” ujar Paramita.
Paramita mengaku baru tertarik mendalami tata kota dan perencanaan kawasan saat menjalani studi magister di Belgia.
”Saat kuliah disana, saya juga belajar tentang politik perencanaan kota, yakni bagaimana mempengaruhi pemerintah dan publik agar mereka mendukung perencanaan yang kita buat,” kata pariwita yang pernah menimba ilmu di beberapa negara lain, seperti India, Belanda, dan Perancis.
Pengalaman itulah yang membuat Paramitha sadar bahwa Indonesia membutuhkan banyak pembenahan dalam bidang tata kota. Kesadaran tersebut kemudian mendorong Paramita terus menggerakkan HRC untuk membantu warga dan pemerintah mengembangkan perencanaan kawasan secara lebih baik.
“Saat ini Indonesia benar-benar mengalami krisis perencanaan. Makanya perlu peran banyak pihak untuk membenahinya,” ujarnya.
Sumber: Kompas, Mei 2015
URL: https://www.uc.ac.id/library/merencanakan-kawasan-untuk-masa-depan/