Kampung Dolanan merupakan julukan yang diberikan kepada Padukuhan Pandes, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul. Panggilan ini diberikan karena dulunya di padukuhan ini banyak masyarakatnya yang membuat dolanan atau mainan anak-anak pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Berdasarkan penuturan dari Bapak Hosni Bimo Wicaksono, A.Md. selaku Kamituwa Kalurahan Panggungharjo, terdapat sekitar 300 potensi pengembangan ragam kebudayaan, mulai dari situs, warisan tak benda, kerajinan, kuliner, hingga mainan tradisional. Fenomena ini tertuang dalam Peta Digital Potensi Budaya Panggungharjo dan menjadikan desa ini dikenal sebagai lumbung kebudayaan desa. Maka dari itu, sebagai upaya membangun citra positif, pemerintah memperkenalkan “Kampung Dolanan” dengan tujuan memperkenalkan kembali permainan tradisional yang saat ini hampir punah keberadaannya.
Keahlian membuat mainan anak-anak tumbuh secara kultural dan diwariskan turun temurun dalam keluarga. Oleh karenanya, warga Padukuhan Pandes dulunya sangat menggantungkan ekonomi pada mainan ini. Mainan yang dihasilkan antaranya berupa wayang kertas, kurungan, klunthungan, othok-othok, kepetan, payung, angkrek, dan lain sebagainya. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, perlahan mainan tradisional anak-anak mulai ditinggalkan. Anak-anak tidak lagi tertarik untuk memainkan mainan tradisional, melainkan mainan yang ada di layar gawainya. Begitu pula pengrajin yang semakin menua dan keturunannya memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaan tersebut. Bahkan, beberapa dari pengrajin sendirilah yang mendorong keturunannya untuk tidak melanjutkan pekerjaan ini karena pendapatannya tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Goyahnya eksistensi mainan anak-anak di Padukuhan Pandes menemui titik baliknya pasca gempa Jogja 2006. Pada saat itu, mainan anak-anak dijadikan media pemulihan trauma pada anak-anak. Akibat peristiwa tersebut, Wahyudi selaku salah satu perintis Kampung Dolanan menginisiasi pembuatan Komunitas Pojok Budaya pada tahun 2007 (Meidy, 2017). Komunitas ini bertujuan untuk mengembalikan potensi padukuhan, yaitu memproduksi mainan anak-anak.
Komunitas Pojok Budaya di Kampung Dolanan berperan sebagai fasilitator yang membantu urusan pemasaran dan branding Kampung Dolanan melalui kegiatan pameran, bazar, kunjungan, outbond, dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan seperti festival diadakan untuk menampilkan berbagai potensi budaya yang melibatkan masyarakat sehingga terdorong motivasi untuk terus melestarikan kebudayaan. Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan ruang ekspresi ini disambut baik oleh masyarakat.
Komunitas Pojok Budaya juga mendirikan Kelompok Bermain Among Siwi yang merupakan kelompok bermain dan belajar yang menggunakan alam dan alat tradisional sebagai media pembelajarannya, termasuk memasukkan dolanan sebagai muatan lokal. Inovasi pengembangan mainan tradisional dapat melalui media permainan lain, seperti games/aplikasi pada gadget atau smartphone tanpa meninggalkan nilai historis. Hal ini dilatarbelakangi oleh sulitnya mencari kaderisasi untuk pengrajin mainan tradisional. Harapannya, dolanan yang kaya akan makna dan budaya ini tetap lestari, baik dari nilai maupun fisiknya.
Upaya pelestarian kebudayaan yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan salah satunya melalui pembentukan ruang partisipasi masyarakat dalam bentuk lembaga-lembaga desa yang menyatukan desa budaya, desa wisata, desa prima dan desa preneur. Lembaga yang terkolaborasi ini disebut sebagai lembaga Desa Mandiri Budaya yang ditujukan untuk menjaga eksistensi dari potensi budaya agar terus lestari. Melalui lembaga ini, diharapkan dapat memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat. Sebagai contoh, kegiatan pariwisata dapat mendatangkan tamu-tamu atau wisatawan sehingga berdampak pada perekonomian masyarakat desa termasuk UMKM atau pengrajin kuliner.
Konsep pengembangan Kampung Dolanan tersebut nyatanya belum dapat berjalan dengan optimal. Nuryani (2013) menyatakan bahwa sumber daya manusia, media promosi, dukungan pemerintah, dan kelembagaan menjadi faktor penghambat dalam memajukan Kampung Dolanan. Dari sudut pandang kebijakan, rekomendasi strategi pengembangan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
- Penguatan dolanan sebagai atraksi dari Kampung Dolanan. Dolanan dapat bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, misalnya dengan mengubahnya dalam wujud lain, seperti gantungan kunci, miniatur, gambar di kaos, dan berbagai produk turunan lain.
- Penyediaan amenitas, seperti wahana edukasi, toko cinderamata yang menjual produk turunan dari dolanan, rumah makan yang menyediakan hidangan khas kalurahan dengan ornamen dolanan, dan lain sebagainya.
- Peningkatan aksesibilitas, seperti penyediaan transportasi khusus menuju Kampung Dolanan, pemberian papan penanda jalan, dan penciptaan kawasan yang aman dan nyaman untuk dilalui dengan berjalan kaki (penyediaan trotoar, penanaman vegetasi, pemberian peneduh jalan, dan lain sebagainya).
- Peningkatan perekonomian didasarkan pada pengembangan dan pemanfaatan potensi budaya dengan menampilkan keunikan budaya lokal yang memikat wisatawan sehingga dapat berkontribusi pada lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan pertumbuhan daerah.
- Penguatan kelembagaan yang mengelola Kampung Dolanan dan menyediakan berbagai layanan, seperti informasi, keamanan, dan sebagainya.
- Peningkatan sumber daya manusia, seperti pelatihan, pendampingan, dan pembinaan kepada masyarakat sebagai pengelola dan pengrajin mainan.
- Promosi dan pemasaran yang digencarkan melalui media sosial, kemitraan, pengiklanan, dan strategi pemasaran lain.
Referensi
Army, Putri Fistyaning. (2016). Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat Kampung Dolanan Dusun Pandes Panggungharjo Sewon Bantul (Tesis, Institut Seni Indonesia Yogyakarta). Tersedia dari http://digilib.isi.ac.id/1663/.
Meidy, Erisca. (2017, April 10). Kembalinya Kegembiraan Masa Kecil. Panggungharjo Desa. Diakses dari https://www.panggungharjo.desa.id/kembalinya-kegembiraan-masa-kecil/.
Nuryani, Anik. (2013). Pariwisata Berbasis Masyarakat di dalam Pelestarian Dolanan Tradisional di Kampung Dolanan Pandes, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Tesis, Universitas Gadjah Mada). Tersedia dari https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/66359.
S., Tyo. (2020, Maret 24). Kampung Dolanan Pandes, Berusaha Tetap Eksis di Tengah Perkembangan Zaman. Jogja Aja. Diakses dari https://jogjaaja-com.cdn.ampproject.org/v/s/jogjaaja.com/amp/kampung-dolanan-pandes-berusaha-tetap-eksis-di-tengah-perkembangan-zaman?amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=17004498511601&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fjogjaaja.com%2Fread%2Fkampung-dolanan-pandes-berusaha-tetap-eksis-di-tengah-perkembangan-zaman.