Pada 11 Mei 2024, sejumlah wilayah di Provinsi Sumatera Barat, termasuk Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang Panjang, dan Kota Padang, dilanda banjir bandang dan longsor. Banjir ini, yang dikenal sebagai galodo, disebabkan oleh lahar hujan dari erupsi Gunung Marapi. Galodo adalah aliran sungai yang membawa campuran pasir, kerikil, batu, dan air dengan kecepatan tinggi, terjadi ketika kekuatan aliran air melebihi kekuatan yang menahan sedimen tersebut.

Dampak dari galodo ini sangat parah, dengan korban jiwa mencapai 61 orang dan 14 orang lainnya dilaporkan hilang. Korban terbanyak berasal dari Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam. Tingginya jumlah korban jiwa ini menyoroti kurangnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir lahar. Kesiapan masyarakat dan pemerintah masih belum memadai, menunjukkan adanya kebutuhan mendesak dalam peningkatan mitigasi bencana dan kesiapsiagaan.

Banjir bandang lahar dingin di Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Mei 2024 berasal dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Marapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Marapi meningkat signifikan sebelum banjir terjadi, ditambah tingginya curah hujan yang mengkhawatirkan kestabilan lereng gunung. Air hujan yang bercampur dengan material vulkanik dari erupsi menghasilkan lahar dingin yang mengalir cepat turun dari lereng gunung, menyebabkan kerusakan besar di beberapa desa dan infrastruktur di Kabupaten Tanah Datar.

 

Pada tanggal 8 Mei 2024, BMKG mendeteksi potensi hujan deras di wilayah Provinsi Sumatera Barat dan mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem pada tanggal 9 hingga 12 Mei 2024. Namun, peringatan ini tidak efektif sepenuhnya. Warga baru menerima informasi peringatan dini setelah hujan deras mulai turun. Di Jorong Batang Selasih, yang berbatasan dengan Gunung Marapi, warga bersama kelompok siaga bencana memantau kondisi air dan melaporkan peningkatan aliran, tetapi air sudah mencapai wilayah mereka dalam hitungan menit sehingga banyak korban tidak bisa diselamatkan. Selain itu, banyak warga tidak mendapatkan informasi terkait peringatan dini bencana, hanya peringatan cuaca ekstrem. Mereka baru mendapatkan himbauan untuk mengungsi dari warga lain sesaat sebelum galodo melanda.

Melihat bencana yang terjadi, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko dan meminimalkan korban jiwa. Berikut adalah beberapa solusi mitigasi yang dapat diterapkan:

  1. Peningkatan Sistem Peringatan Dini
    • Mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih canggih dan terintegrasi, menggunakan teknologi seperti sensor cuaca dan vulkanik.
    • Memastikan informasi peringatan dini disebarkan secara luas dan cepat melalui berbagai saluran komunikasi.
  1. Edukasi dan Pelatihan Masyarakat
    • Melakukan program edukasi secara rutin tentang bahaya galodo dan langkah-langkah evakuasi yang aman.
    • Mengadakan simulasi dan latihan evakuasi secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga.
  1. Pemetaan dan Zonasi Kawasan Rawan Bencana
    • Memperbarui dan mempublikasikan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk menunjukkan daerah berisiko tinggi.
    • Menetapkan zona aman untuk pemukiman dan melarang pembangunan di daerah berisiko tinggi.
  1. Pengelolaan Lingkungan
    • Melakukan reboisasi di daerah hulu untuk mencegah erosi dan memperkuat lereng gunung.
    • Membuat terasering di lereng yang curam dan memperbaiki sistem drainase untuk mengendalikan aliran air dan sedimen.
  1. Infrastruktur Tahan Bencana
    • Membangun infrastruktur yang tahan terhadap banjir bandang, termasuk rumah panggung dan jembatan yang kokoh.
    • Mengembangkan dan memelihara sistem drainase yang efektif untuk mengalirkan air dengan cepat dan mencegah genangan.
  1. Koordinasi dan Kerja Sama Antar Lembaga
    • Meningkatkan koordinasi antara pemerintah daerah, BNPB, BMKG, dan lembaga terkait untuk memastikan respons cepat dan terkoordinasi saat bencana.
    • Bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mendapatkan bantuan teknis dan finansial dalam upaya mitigasi bencana.

 

Dengan menerapkan langkah-langkah mitigasi ini, diharapkan risiko dan dampak galodo dapat diminimalkan, sehingga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Sumatera Barat dapat lebih terjamin. Kejadian bencana banjir lahar di lereng Gunung Marapi adalah peringatan akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana yang efektif. Tingginya jumlah korban jiwa dan kerusakan yang ditimbulkan menunjukkan masih banyak yang perlu diperbaiki dalam sistem peringatan dini, edukasi masyarakat, serta koordinasi antar lembaga terkait.

Implementasi solusi yang komprehensif dan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama. Dari peningkatan teknologi peringatan dini hingga pendidikan masyarakat tentang tanda-tanda awal bencana, setiap langkah kecil dapat membuat perbedaan besar dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian. Pengelolaan lingkungan yang baik dan pembangunan infrastruktur yang tahan bencana akan memberikan perlindungan tambahan bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan.

Kerja sama yang erat antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi ancaman bencana. Hanya dengan kesiapsiagaan yang tinggi dan mitigasi yang efektif, kita dapat memastikan bahwa tragedi seperti banjir lahar di Provinsi Sumatera Barat tidak terulang kembali, dan masyarakat dapat hidup dengan rasa aman dan sejahtera di tengah potensi ancaman alam. (FNE/UW)

 

 

Sumber:

Aris Hariyanto. 2024. Kronologi Banjir Lahar Dingin yang Menerjang Wilayah Sumatera Barat, Begini Kata BPBD dan BMKG. Diakses melalui https://radarsemarang.jawapos.com/nasional/724645270/kronologi-banjir-lahar-dingin-yang-menerjang-wilayah-sumatera-barat-begini-kata-bpbd-dan-bmkg

BBC News Indonesia. 2024. Korban jiwa banjir bandang dan lahar di Sumbar mencapai 61 orang, tim penolong masih mencari puluhan orang yang dilaporkan hilang. Diakses melalui BNPB Ralat Data Korban Meninggal Akibat Galodo di Sumatera Barat Jadi 61 Orang. Diakses melalui https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4n156eg9xzo

Gita Irawan. 2024. BNPB Ralat Data Korban Meninggal Akibat Galodo di Sumatera Barat Jadi 61 Orang. Diakses melalui https://www.tribunnews.com/nasional/2024/05/19/update-bnpb-ralat-data-korban-meninggal-akibat-galodo-di-sumatera-barat-jadi-61-orang

 Harazaki. 2024. Pentingnya Mitigasi Bencana Lahar Dingin Gunung Marapi di Sumatera Barat. Diakses melalui https://www.majalahlintas.com/pentingnya-mitigasi-bencana-lahar-dingin-gunung-marapi-di-sumatera-barat/

Ilham Safutra. 2024.Mengenal Istilah Galodo, Bencana Banjir Bandang dari Gunung Marapi di Sumbar. Diakses melalui https://www.jawapos.com/nasional/014655117/mengenal-istilah-galodo-bencana-banjir-bandang-dari-gunung-marapi-di-sumbar

Yola dan Ahmad. 2024. Banyaknya Korban “Galodo”, Cermin Lemahnya Pencegahan Bencana. Diakses melalui https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/05/13/banyaknya-korban-galodo-cermin-lemahnya-pencegahan-bencana

Yola dan Ahmad. 2024. Tragedi Galodo Marapi dan Titik Lemah Kesiapsiagaan Bencana. Kewajiban CSR Perusahaan dalam Peraturan Perundang-undangan. Diakses melalui https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/05/14/tragedi-galodo-marapi-dan-titik-lemah-kesiapsiagaan-bencana