Coba bayangkan kalau tumpukan sampah bisa mencapai tinggi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta! Kedengarannya sulit dipercaya, kan? Tapi kenyataannya, di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, sampah bisa menumpuk hingga setinggi 16 lantai, nyaris menyamai gedung-gedung ikonik seperti Menara Sarinah. Dari visual sampah yang menjulang tinggi ini, muncul ancaman serius bagi lingkungan. Tumpukan sampah yang begitu besar tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga berpotensi mencemari tanah dan air di sekitarnya, serta memicu masalah kesehatan masyarakat.
TPST Bantar Gebang merupakan salah satu pembuangan akhir terbesar di Indonesia, dengan luas sekitar 110 hektar. Tempat ini menampung sekitar 7.000 ton sampah setiap hari. Bayangkan, setiap menit, truk-truk besar masuk membawa muatan sampah dari seluruh Jakarta. Tumpukan sampah di sini bahkan bisa mencapai 40 meter atau sekitar 16 lantai. Perbedaan utamanya? Kalau gedung tinggi memberi pemandangan kota yang megah, gunung sampah ini menyajikan pemandangan yang mungkin tidak begitu menyenangkan bagi warga sekitar.
Gedung-gedung di Jakarta biasanya melambangkan modernitas dan kemegahan kota. Mereka berdiri kokoh dengan arsitektur modern yang mengundang decak kagum. Di sisi lain, gunungan sampah di Bantar Gebang adalah cerminan dari sisi lain kota ini, sisi yang sering kita lupakan, namun sangat penting. Gedung-gedung seperti Menara Sarinah, setinggi 15 lantai, berdiri kokoh di Jakarta sebagai simbol ekonomi dan perkembangan kota. Sementara itu, tumpukan sampah di TPST Bantar Gebang, dengan tinggi setara 16 lantai, menjadi lambang dari permasalahan pengelolaan limbah yang belum teratasi. Bagaimana mungkin keduanya bisa dibandingkan?
Namun, tentu saja, perbedaannya bukan hanya pada apa yang terlihat. Sampah di Bantar Gebang menyimpan potensi bahaya, mulai dari gas metana yang mudah terbakar hingga ancaman kesehatan bagi warga sekitar. Di satu sisi, ada lambang kemajuan dan di sisi lain ada krisis lingkungan yang mengintai.
Masalah utama bukan hanya pada jumlahnya, tetapi pada bagaimana sampah ini dikelola. Pengelolaan sampah yang kurang efektif menyebabkan sampah menumpuk di TPST Bantar Gebang, hingga akhirnya mencapai ketinggian yang mengejutkan. Dengan populasi yang terus bertambah, jumlah sampah juga terus meningkat, memperburuk situasi ini.
Sampah yang menumpuk setinggi itu tentu memiliki dampak besar. Bukan hanya menutupi pemandangan, tetapi juga mencemari udara, tanah, dan air di sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di sekitar Bantar Gebang sering kali merasakan dampaknya, mulai dari bau yang tak sedap, air yang berbau, hingga risiko penyakit. Polusi udara dan air menjadi masalah sehari-hari bagi penduduk di sekitar Bantar Gebang. Tingginya tingkat penyakit pernapasan di kalangan penduduk setempat menjadi bukti nyata dampak negatif dari pengelolaan sampah yang buruk.
Menghadapi masalah ini, berbagai solusi dan inovasi mulai diterapkan. Salah satunya adalah program Waste to Energy, di mana sampah diolah menjadi energi listrik. Ini memang bukan solusi yang bisa langsung menyulap sampah jadi tak terlihat, tapi setidaknya bisa mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan. Penerapan teknologi ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Selain teknologi, diperlukan juga kebijakan yang efektif dan kesadaran masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dari sumbernya.
Jakarta sebagai kota metropolitan harus segera mengambil langkah nyata dalam mengatasi masalah sampah yang semakin menggunung. Setiap warga kota memiliki peran penting dalam mengatasi krisis ini. Mulai dari hal sederhana seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, hingga mendukung program-program daur ulang, kita bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Ingat, setiap tindakan kecil akan berdampak besar bagi masa depan kota kita.
Jadi, setiap kali kita melihat gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, ingatlah bahwa ada “gunung sampah” yang menjulang tinggi di Bantar Gebang. Dengan tindakan kecil kita, seperti memilah sampah dan mengurangi penggunaan plastik, kita bisa bersama-sama meruntuhkan “gunung sampah” itu dan menciptakan Jakarta yang lebih bersih dan hijau. (HPS)
Sumber:
Data-Data TPST Bantargebang. (n.d.). LogoPortal Resmi Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Retrieved August 15, 2024, from https://upstdlh.id/tpst/data
Bantar Gebang: Unveiling the Scale of Jakarta’s Waste Challenge. (2024, February 10). Grand Go. https://grandgo.com/bantar-gebang-unveiling-the-scale-of-jakartas-waste-challenge/
Nathaniel, f. (n.d.). Menanti PLTSa dan Daur Ulang Menaklukkan Gunung Sampah. Tirto. Retrieved August 15, 2024, from https://tirto.id/menanti-pltsa-dan-daur-ulang-menaklukkan-gunung-sampah-gNli
Wandha, & Kusumadewi, a. (2017, September 28). Yang Mengintai di Bantargebang: Bencana dan Penyakit. KumparanNEWS. https://kumparan.com/kumparannews/yang-mengintai-di-bantargebang-bencana-dan-penyakit/full