Pada zaman modern ini, desa wisata harus melakukan banyak upaya untuk mempertahankan eksistensinya. Salah satu ancaman terbesar bagi desa wisata bertema alam adalah bencana alam. Hal ini mendorong desa untuk melakukan upaya mitigasi bencana untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan, karena bencana alam tidak bisa dicegah. Salah satu desa wisata yang memiliki ancaman bencana alam adalah Kampung Wisata Sewu Kembang, yang terletak di Lingkungan Nglurah dan Ngledoksari, Kelurahan Tawangmangu.

Letak geografis Kampung Sewu Kembang berada di kemiringan (lebih dari 40%) atau termasuk kategori sangat curam, membuat desa ini sangat rentan terhadap bencana longsor. Beberapa kejadian longsor besar telah terjadi di masa lalu, salah satunya pada tahun 2007 yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan parah. Pada tahun 2017, bencana longsor juga pernah menyebabkan 300 warga harus mengungsi, dikarenakan material longsor menutup akses jalan Ngledoksari – Nglurah sepanjang 30 meter dan bahkan menutup beberapa ruas aliran air hingga mengakibatkan banjir.

Meski demikian, Kampung Sewu Kembang yang berada pada ketinggian 1.000 mdpl tetap tumbuh menjadi desa wisata yang menarik. Pada tanggal 15 Maret 2022, Pemerintah Kabupaten Karanganyar resmi menetapkan kawasan ini sebagai Kampung Wisata Sewu Kembang. Keindahan alamnya yang masih asri, ditambah dengan kekayaan flora, khususnya tanaman hias, menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Berbagai jenis tanaman hias, mulai dari yang langka hingga yang populer, dapat ditemukan di sini. Keberhasilan warga dalam mengembangkan bisnis tanaman hias telah menjadikan Kampung Sewu Kembang sebagai pusat produksi tanaman hias yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara seperti Malaysia dan Singapura.

Melihat sejarah bencana yang kerap terjadi, masyarakat dan pemerintah Kampung Sewu Kembang menyadari pentingnya melakukan upaya mitigasi secara serius. Mitigasi bencana longsor di Kelurahan Tawangmangu terbagi menjadi mitigasi struktural dan non struktural. Mitigasi Struktural yang dilakukan adalah pembangunan talud dan saluran irigasi, pemasangan empat EWS (Early Warning System), pembangunan dinding pencegah longsor, upaya pemetaan kawasan rawan longsor, pemasangan signage penunjuk jalur evakuasi, serta penanaman pohon bambu dan sengon di tebing rawan longsor. Sumber dananya didapatkan dari kabupaten dan swadaya masyarakat. Sementara untuk pengerjaannya, dilakukan sendiri oleh warga.

Dinding Pencegah Longsor. Sumber: Penulis

Sedangkan mitigasi non struktural yang dilakukan adalah sosialisasi dan simulasi bencana longsor kepada warga yang diadakan oleh BPBD Kabupaten Karanganyar dan kepolisian bersama dengan Pemerintah Kecamatan Tawangmangu, yang dilakukan saat mendekati musim hujan dan dilakukan satu atau dua kali dalam satu tahun.

Dengan adanya upaya mitigasi terebut, Kampung Wisata Sewu Kembang masih eksis hingga sekarang walaupun telah mengalami beberapa kejadian longsor dari skala kecil hingga besar. Bencana alam tidak bisa dicegah. Upaya mitigasi yang dilakukan adalah untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkannya. Tentunya tidak hanya dengan melakukan pembangunan fisik, namun juga pembangunan non fisik atau peningkatan kapasitas masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang bencana akan menjadi bekal yang penting dalam menjaga keberlangsungan desa wisata serta keselamatan masyarakat itu sendiri. (RAS)

 

Daftar Pustaka

Damianus Bram (2024, Juli 5). “Kampung Wisata Sewu Kembang di Tawangmangu, Karanganyar: Surganya Tanaman Hias.” Diakses pada 8 Agustus 2024. https://radarsolo.jawapos.com/karanganyar/844831354/kampung-wisata-sewu-kembang-di-tawangmangu-karanganyar-surganya-tanaman-hias

Kaled Hasby Ashshidiqy (2024, Agustus 9). “Ini Rute Menuju Kampung Wisata Sewu Kembang Nglurah Tawangmangu.” Diakses pada 9 Agustus 2024 https://soloraya.solopos.com/ini-rute-menuju-kampung-wisata-sewu-kembang-nglurah-tawangmangu-1274524   

Muhlis Al Alawi (2017, Desember 11). “Terjadi Tanah Longsor di Tawangmangu, 300 Warga Mengungsi.” Diakses pada 8 Agustus 2024 https://regional.kompas.com/read/2017/12/11/21512791/terjadi-tanah-longsor-di-tawangmangu-300-warga-mengungsi#google_vignette

Pemerintah Kecamatan Tawangmangu (2022). “Laporan Kejadian Longsor Kecamatan Tawangmangu.”

Ridho Adam, Istijabatul Aliyah, dan Tendra Istanabi (2023). “Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Mitigasi Bencana Longsor di Desa Wisata Lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar (Studi Kasus: Desa Nglebak dan Kelurahan Tawangmangu).” Cakra Wisata 24, no. 2: 58-73.