Perubahan iklim dan krisis lingkungan merupakan isu krusial yang dihadapi umat manusia saat ini. Data layanan pemantau iklim Uni Eropa mencatat bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemanasan global menembus ambat batas 1,5 derajat celcius sepanjang tahun 2023 (Newman & Noy, 2023; Pristiandaru, 2024). Pemanasan global menuntut kita untuk mencari solusi inovatif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk arsitektur. Di tengah permasalahan ini, desain berkelanjutan (sustainable design) muncul sebagai solusi yang menjanjikan dalam dunia arsitektur modern. Desain berkelanjutan menjadi elemen krusial, mengingat dampak signifikan yang ditimbulkan oleh sektor bangunan, struktur, dan konstruksi terhadap lingkungan. Lalu, seberapa penting desain berkelanjutan dalam konteks arsitektur modern?
Laporan Global Alliance for Buildings and Construction (GABC) tahun 2023 mengungkapkan bahwa sektor bangunan menyumbang 37% dari total emisi karbon global, mencakup emisi dari penggunaan energi dan proses konstruksi. Desain berkelanjutan dapat mengurangi dampak ini dengan mengoptimalkan penggunaan energi dan mengadopsi teknologi serta material ramah lingkungan. Sejalan dengan hal ini, American Council for an Energy-Efficient Economy (ACEEE) melaporkan bahwa desain berkelanjutan dapat mengurangi penggunaan energi hingga 30% dibandingkan dengan bangunan konvensional (Subramanian, dkk., 2022). Hal ini disebabkan oleh penggunaan material dengan nilai isolasi tinggi, sistem pemanas dan pendingin yang efisien, serta pencahayaan dan ventilasi yang optimal.
Meskipun penting, penerapan desain berkelanjutan menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah biaya awal yang seringkali lebih tinggi dibandingkan dengan metode konstruksi konvensional. Penggunaan material ramah lingkungan dan teknologi efisiensi energi dapat memerlukan investasi yang signifikan. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan keterampilan di kalangan profesional arsitektur dan kontraktor mengenai praktik desain berkelanjutan juga menjadi hambatan. Kurangnya kebijakan dan regulasi yang mendukung juga dapat menghambat adopsi desain berkelanjutan.
Di Indonesia, strategi penerapan desain berkelanjutan dapat dilakukan melalui beberapa langkah kunci, seperti promosi dan edukasi mengenai manfaat desain berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan, termasuk developer, arsitek, dan masyarakat umum. Selain itu, integrasi kebijakan dan sertifikasi hijau, seperti LEED dan BREEAM, dalam regulasi bangunan dapat mendorong adopsi praktik berkelanjutan. Penggunaan material lokal dan teknologi yang sesuai dengan kondisi iklim tropis Indonesia dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi jejak karbon, seperti penggunaan kayu ulin oleh masyarakat Kalimantan untuk membangun rumah karena dinilai lebih tahan lama hingga ratusan tahun lamanya. Hal ini tentunya berdampak pada penghematan biaya operasional jangka panjang.
Desain berkelanjutan bukanlah sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak dalam merespons krisis iklim global dan tantangan lingkungan yang semakin mendalam. Dalam konteks arsitektur modern, komitmen terhadap prinsip-prinsip berkelanjutan akan menentukan arah pembangunan yang tidak hanya efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga bertanggung jawab sosial. Dengan tekad dan kerjasama, desain berkelanjutan akan menjadi landasan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan penuh harapan. (FPU)
Sumber:
Hamilton, I. (2023). Global Alliance for Buildings and Construction 2023. Global Status Report for Building and Construction, 1(October), 7. www.globalabc.org.
Newman, R., & Noy, I. (2023). The Global Costs of Extreme Weather that are Attributable to Climate Change. Nature Communications, 14(1). https://doi.org/10.1038/s41467-023-41888-1
Pristiandaru, D. L. (2024). Tahun Ini, Suhu Bumi Diprediksi Naik 1,5 Derajat Celsius. Kompas.Id. https://lestari.kompas.com/read/2024/01/15/090000586/tahun-ini-suhu-bumi-diprediksi-naik-1-5-derajat-celsius
Subramanian, S., Bastian, H., Hoffmeister, A., Jennings, B., Tolentino, C., Vaidyanathan, S., & Nadel, S. (2022). 2022 International Energy Efficiency Scorecard. April, 01–166. https://www.aceee.org/international-scorecard%0Awww.aceee.org/research-report/i2201