Mungkin kita lebih familiar dengan kata sub-urban atau peri-urban, keduanya memiliki kemiripan dalam mengartikan daerah zona transisi pinggiran kota yang berbatasan dengan perdesaan. Daerah sub-urban adalah kawasan perumahan yang merupakan bagian dari kota atau komunitas terpisah, cenderung memiliki karakteristik urban yang lebih homogen, dengan infrastruktur yang lebih baik dan tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan daerah rural (Yandri, et al 2018). Sedangkan peri-urban adalah zona transisi yang memiliki karakteristik campuran antara rural dan urban. Sahana, et al (2023) dan Kurnianingsih (2014) menggarisbawahi bahwa wilayah peri-urban mengalami perubahan yang dinamis akibat ekspansi urban, mengalami tekanan pembangunan dari kota yang memengaruhi tata guna lahan, gaya hidup masyarakat, dan migrasi rural-urban (desa-kota), sehingga tercipta ‘percampuran’ penggunaan lahan dan gaya hidup. Lalu, apa itu daerah rurban dan apa perbedaannya dengan keduanya?
Singkatnya, istilah rurban dapat dimaknai sebagai daerah gabungan antara rural dan urban. Sering kali digunakan untuk menyebut wilayah yang mengintegrasikan elemen-elemen perkotaan ke dalam struktur pedesaan daerah perkotaan atau pinggir kota yang nampak seperti pedesaan. Sebagaimana konsep Hoffman, et al (2023) bahwa daerah rurban memiliki elemen-elemen khas kota (seperti infrastruktur modern, perubahan sosial, dan gaya hidup urban) saling terpengaruh dan berintegrasi dengan lingkungan pedesaan tradisional (Hoffman, et al, 2023).
Istilah “rurban” pertama kali digunakan pada tahun 1915, istilah ini merupakan gabungan dari kata “rural” dan “urban” dan merujuk pada suatu wilayah yang sebagian besar merupakan wilayah pemukiman namun juga memiliki beberapa lahan pertanian. Pesatnya pemukiman yang memengaruhi pengembangan kota, menghadirkan kaburnya batas ‘tradisional’ kota dan desa. Secara bersamaan, dua kawasan ini memang saling berkait serta menghadirkan kompleksitas baru yang membuat sebuah daerah rurban memiliki keunikannya tersendiri. ketiganya memang memiliki kemiripan, namun kita akan menemukan benang merah keperbedaan ketiganya dengan memahami karakteristik ketiganya.
Daerah sub-urban adalah daerah penyangga yang berkembang atas limpahan pesatnya aktivitas perkotaan serta masih memiliki ketergantungan yang tinggi dengan pusat kota, perumahan modern, juga konektivitas transportasi. Contohnya daerah tersebut adalah daerah Kabupaten Sleman, DIY.
Daerah peri-urban dapat dikatakan lebih tidak bergantung kepada pusat kota. Selain berada pada zona transisi secara fisik, sosial, dan ekonomi, daerah peri-urban lebih jelas menunjukkan perubahan kultur masyarakat, seperti perubahan kegiatan agraris ke sektor non-agraris yang dialami oleh daerah Kartasura dengan pengaruh Kota Surakarta sebagai kota besar.
Terakhir, daerah rurban, daerah rural yang memiliki integrasi elemen perkotaan didalamnya. Dengan memiliki fokus keberlanjutan ekonomi pedesaan dengan adopsi teknologi dan layanan urban, sehingga nampak adanya penggabungan atau irisan ‘worldview’ masyarakat daerah ini yang masih kental dengan budayanya namun dengan fasilitas gaya urban. oleh karenanya, daerah ini tidak memiliki fokus persoalan urbanisasi seperti daerah sub-urban. Contohnya seperti daerah Badung (Bali), Sukoharjo (Jawa Tengah), Tigaraksa dan Cisauk (Banten).
Dapat disimpulkan bahwa ketiga daerah ini mungkin memiliki lokasi yang hampir mirip, namun ketiganya memiliki pemaknaan yang berbeda juga. Seringkali pembangunan berorientasi secara ‘terbelah-belah’ sehingga tidak adanya jalinan integrasi yang jelas antar kabupaten atau kota. Padahal, bilamana orientasi diintegrasikan dengan pembangunan dari desa dan kota secara bersamaan, bukan tidak mungkin perekonomian akan tumbuh secara merata dan melesat tinggi.
Referensi:
https://perkim.id/permukiman/peri-urban-bagian-dari-wajah-kota-masa-depan/
https://www.merriam-webster.com/dictionary/rurban#word-history
Hoffmann, E. M., Schareika, N., Dittrich, C., Schlecht, E., Sauer, D., & Buerkert, A. (2023). Rurbanity: a concept for the interdisciplinary study of rural–urban transformation. Sustainability Science, 18(4), 1739-1753.
Kurnianingsih, N. A., & Rudiarto, I. (2014). Analisis transformasi wilayah peri-urban pada aspek fisik dan sosial ekonomi (Kecamatan Kartasura). Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 10(3), 265.
Sahana, M., Ravetz, J., Patel, P. P., Dadashpoor, H., & Follmann, A. (2023). Where is the peri-urban? A systematic review of peri-urban research and approaches for its identification and demarcation worldwide. Remote Sensing, 15(5), 1316.
Yandri, P., Priyarsono, D. S., Fauzi, A., & Dharmawan, A. H. (2018). Contemporary studies on suburban (Indonesia) today: Critique on classical-neoclassical regional economics based institutional economics perspectives. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 19(1), 80-93.