Wae Rebo, sebuah kampung adat dengan arsitektur rumah tradisional yang berbentuk kerucut di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berada di ketinggian 1.117 mdpl, Desa Wae Rebo merupakan desa yang memiliki segudang potensi wisata. Kondisi geografis ini menjadikan Desa Wae Rebo memiliki alam yang indah. Berdasarkan data survei Indecon pada tahun 2013, terdapat 42 jenis pohon yang hidup di dalam hutan lindung dan tercatat memiliki 38 jenis burung khas yang berada di hutan pegunungan Wae Rebo.
Dalam kurun satu dekade terakhir, Desa Wae Rebo telah mendapatkan beragam penghargaan bergengsi. Pada tahun 2012, Desa Wae Rebo dinobatkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Beberapa tahun lalu, Desa Wae Rebo berhasil memperoleh juara pertama sebagai Anugerah Desa Wisata Indonesia Tahun 2021 dalam kategori daya tarik wisata. Selain itu, Desa Wae Rebo juga mendapatkan Award dalam Pengelolaan Community Based Tourism Periode 2023-2025 dalam penilaian Desa Wisata yang tergabung dalam Asean Forum di Kota Yogyakarta tahun 2023. Keberhasilan yang diraih Desa Wae Rebo tentu tidak lepas dari peran masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata desa.
Program pengembangan pariwisata akhir-akhir ini mengharuskan aspek keberlanjutan di dalamnya. Pengembangan pariwisata berkelanjutan mempertimbangkan penuh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini juga keberlanjutannya di masa depan. Bukan semata memperhatikan kebutuhan wisatawan, melainkan juga kebutuhan industri ramah lingkungan serta keterlibatan masyarakat setempat. Berkaitan dengan tujuan pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) nomor lima, yaitu kesetaraan gender, isu pemberdayaan perempuan menjadi pembahasan yang paling sering diangkat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Perempuan di Desa Wae Rebo memiliki berbagai kemampuan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Meski berada di tengah-tengah budaya patriarki dan menjadikan mereka tumbuh tanpa pendidikan yang layak, peran perempuan sangat dibutuhkan dalam melestarikan dan mengembangkan Desa Wae Rebo. Dwiputri (2021) menyatakan bahwa selama ini aktivitas perempuan di Desa Wae Rebo hanya terkait urusan rumah tangga, menumbuk kopi, ataupun menenun kain songke dan kain surak khas Kabupaten Manggarai. Padahal, jika diberdayakan, perempuan-perempuan Desa Wae Rebo dapat membantu perekonomian keluarga dengan membuka dan mengelola jasa penginapan, menyediakan makanan bagi wisatawan, mengemas hasil tani menjadi paket oleh-oleh khas, budidaya tanaman hias, membuat dan menjual cendera mata, membentuk kelompok seni pertunjukan, bahkan penyedia jasa pemandu wisata.
Dalam penelitian Damon, M. J. W., dkk. (2024), pengkapasitasan perempuan Desa Wae Rebo dimulai dari menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaku wisata. Berbagai pelatihan mulai diselenggarakan dalam rangka memberdayakan perempuan di Desa Wae Rebo, diantaranya pelatihan pewarna alami pada kain tenun oleh LSM Indecon Indonesia, pelatihan kuliner oleh Badan Pengelola Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLF) tahun 2019, pelatihan pengelolaan homestay oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai, pelatihan penataan pedagang, pembuatan warung relokasi pedagang, pelatihan pengelolaan Desa Wisata dan kegiatana literasi keuangan oleh Kemenparekraf yang bekerja sama dengan LPBW tahun 2023. Selain beragam pelatihan, pada tahun 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga menyalurkan dana sejumlah 120 juta rupiah yang kemudian digunakan untuk membeli peralatan usaha di bidang atraksi wisata, kuliner, dan fashion sebagai modal tenun bagi para perempuan di desa ini.
Desa Wae Rebo menjadi perkampungan adat di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah diakui oleh dunia sebagai warisan budaya yang unik dengan arsitektur rumah tradisional berbentuk kerucut yang khas. Keberadaan desa ini sebagai destinasi wisata telah membuka peluang bagi pemberdayaan perempuan. Meskipun terkendala oleh budaya patriarki, perempuan di Desa Wae Rebo kini aktif berperan dalam mengembangkan pariwisata desa melalui berbagai pelatihan dan program pemberdayaan. Dengan demikian, pariwisata tidak hanya berperan dalam pelestarian budaya dan lingkungan, tetapi juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya perempuan, serta memperkuat identitas lokal. (PNA)
Sumber:
Damon, M. J. W., Anom, I. P., Adikampana, I. M., & Sugiarti, D. P. (2024). PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DESA WISATA WAE REBO, MANGGARAI. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora, 2(10), 316-333.
Dwiputri, M. T. J. (2021). Analisa Sense of Place Kampung Wae Rebo untuk Pengembangan Wisata di Manggarai. Aksen: Journal of Design and Creative Industry, 5(2), 5-19.