Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Bekasi telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Bekasi mencapai sekitar 2,6 juta jiwa, menjadikannya salah satu kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Tingginya angka populasi ini mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai fasilitas, termasuk sektor retail yang kini menjadi salah satu pilar utama perekonomian kota ini.
Letak strategis Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta memberikan keuntungan besar. Kota ini menjadi pilihan hunian favorit bagi para pekerja yang beraktivitas di ibu kota, karena menawarkan kemudahan akses transportasi. Selain itu, Kota Bekasi mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari warganya melalui jaringan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan modern yang tersebar luas. Kombinasi ini menjadikan Kota Bekasi sebagai kawasan yang ideal untuk pertumbuhan sektor retail.
Sesuai prinsip highest and best use, penggunaan lahan di Kota Bekasi lebih cocok untuk sektor non-pertanian seperti retail, yang mampu memanfaatkan tingginya kepadatan populasi. Kawasan-kawasan seperti Kalimalang, Pondok Gede, dan Bulak Kapal telah berkembang menjadi pusat-pusat ekonomi dengan aksesibilitas tinggi. Supermarket, mal, hingga toko-toko modern menjadikan kawasan ini pusat perputaran barang yang signifikan, didukung oleh daya beli masyarakat yang terus meningkat.
Konsep threshold dan range menjadi sangat relevan di Kota Bekasi. Tingginya permintaan barang konsumsi sehari-hari membuat kota ini memiliki ambang batas (threshold) yang rendah untuk barang dengan perputaran cepat seperti bahan makanan atau kebutuhan pokok. Dengan populasi padat, perputaran barang menjadi lebih cepat, menciptakan dinamika ekonomi yang menguntungkan bagi sektor retail.
Selain itu, pola konsumsi masyarakat Kota Bekasi semakin menunjukkan modernisasi. Belanja online kini menjadi tren, sementara pusat perbelanjaan tetap ramai dikunjungi. Biaya transportasi yang dibayar konsumen, baik saat berbelanja langsung maupun melalui layanan daring, sebanding dengan jarak yang ditempuh. Sinergi ini memperlihatkan bagaimana sektor retail berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan.
Namun, Kota Bekasi juga menghadapi tantangan. Banyak pedagang kecil menawarkan produk serupa tanpa diferensiasi, yang dapat menurunkan daya tarik pasar. Inovasi dalam penawaran produk menjadi penting untuk memastikan daya saing tetap terjaga, sekaligus menciptakan pengalaman belanja yang unik bagi konsumen.
Melihat potensi besar yang ada, kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat menjadi kunci untuk mendorong pengembangan sektor retail yang berkelanjutan. Diversifikasi produk, inovasi layanan, dan transportasi terintegrasi akan memastikan Bekasi tetap menjadi magnet ekonomi utama di Jabodetabek. Sebagai warga Kota Bekasi, mari kita dukung usaha lokal, manfaatkan peluang usaha retail, dan bersama-sama jadikan Kota Bekasi sebagai ikon kemajuan urban! (HPS)
Sumber:
BPS, Kota Bekasi Dalam Angka 2024
Suryani, Y. (2015). Teori Lokasi Dalam Penentuan Pembangunan Lokasi Pasar Tradisional (Telaah Studi Literatur). Seminar Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akutansi (SNEMA), (c), 152–163. Retrieved from http://fe.unp.ac.id/
Emahlia, & Baiquni, M. (2017). Distribusi dan pola pusat perbelanjaan skala besar secara spasial di kota bekasi. Geografi UGM, 6(3), 1–15. Retrieved from http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/116100