Masjid Gedhe Mataram, yang dibangun pada tahun 1587-1601 atas prakarsa Panembahan Senopati Sutowijaya dan atas permintaan Ki Ageng Pemanahan, merupakan salah satu masjid tertua dan terbesar di Indonesia. Dengan usia lebih dari 400 tahun, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya masyarakat Jawa. Arsitekturnya yang memadukan unsur Islam dan Hindu-Buddha, seperti atap tumpang dan ornamen khas Jawa, mencerminkan akulturasi budaya dan toleransi yang tinggi pada zamannya.

Masjid Gedhe Mataram menjadi salah satu peninggalan berharga dari abad ke-16, sejak berdirinya Kerajaan Mataram Islam, dan hingga kini tetap berdiri kokoh sebagai saksi perjalanan sejarah peradaban Islam di Indonesia. Pada tahun 2024, data menunjukkan bahwa lebih dari 8000 pengunjung, dengan 98% berasal dari dalam negeri dan 2% dari mancanegara (terutama Malaysia, Singapura, dan Australia), datang untuk menyaksikan keindahan dan sejarah panjang masjid ini, menjadikan Masjid Gedhe Kauman sebagai ikon tak tergantikan Kota Yogyakarta. Dengan luas bangunan utama mencapai 188 meter persegi dan kapasitas jamaah hingga 1.769 orang, masjid ini menjadi salah satu pusat keagamaan terbesar di Kota Yogyakarta.

Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah perwujudan nyata akulturasi budaya Islam dengan Hindu-Buddha di Jawa. Arsitektur bangunan ini menggabungkan unsur-unsur dari kedua budaya serta mencerminkan kosmologi Jawa yang harmonis. Pengaruh arsitektur candi terlihat pada lebih dari 100 relief dekoratif yang menggambarkan kisah-kisah sejarah dan keagamaan, tata letak bangunan yang simetris, dan simbol-simbol penuh makna seperti gunungan dan cakra. Dengan tinggi pagar pembatas mencapai 7,25 meter, kompleks Masjid Gedhe Mataram menjadi ikon di Kotagede, Kota Yogyakarta. Dalam konsep Catur Gatra Tunggal, Masjid Gedhe Mataram menjadi elemen utama tata ruang Jawa, bersama dengan keraton, pasar, dan alun-alun sebagai pusat kehidupan spiritual dan sosial masyarakat.

Sejalan dengan fakta dan bukti peradaban masa lalu, Masjid Gedhe Kotagede menjadi sebuah ikon sejarah dan budaya Yogyakarta yang kini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan masyarakat yang dinamis. Acara Pasar Lawas Mataram yang rutin diadakan setiap tahun di kompleks masjid ini berhasil menyatukan pesona masa lalu dengan semangat kekinian. Kombinasi antara arsitektur kuno yang megah dengan suasana pasar tradisional yang meriah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pengunjung dapat menikmati sajian kuliner khas, kerajinan tangan, dan berbagai pertunjukan seni sambil meresapi suasana spiritual di sekitar masjid.

Acara tahunan Pasar Lawas Mataram yang diadakan mulai dari tanggal 20 hingga 22 September 2024 kemarin, berhasil mengajak pengunjung untuk bernostalgia dengan cita rasa tradisional yang dipadukan oleh kegiatan menjelajahi arsitektural kompleks Masjid Gedhe dan beragam pertunjukan seni lainnya. Pasar Lawas Mataram 2024 membuka 52 stan yang berisikan makanan, minuman, dan dolanan anak tradisional. Ribuan masyarakat dan wisatawan yang datang setiap harinya berhasil mendongkrak perekonomian masyarakat setempat dan membangun kesadaran bersama untuk mempertahankan dan melestarikan cagar budaya setempat serta ragam kebudayaan yang ada.

Masjid Gedhe Kotagede, sebuah ikon sejarah dan budaya Yogyakarta, berdiri kokoh sebagai saksi bisu perpaduan harmoni antara Islam dan Hindu-Buddha di tanah Jawa. Arsitekturnya yang unik, dengan pengaruh candi yang kental, mencerminkan semangat toleransi dan akulturasi yang tinggi pada masanya. Sebagai bagian dari konsep Catur Gatra Tunggal, masjid ini menjadi pusat spiritual dan sosial masyarakat. Kini, melalui acara tahunan Pasar Lawas Mataram, Masjid Gedhe Kotagede tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan masyarakat yang dinamis, sekaligus menjadi daya tarik wisata yang menawarkan pengalaman bernostalgia dengan suasana masa lalu. (PNA)

 

Sumber:

Savitri, P. L., & Sumardiyanto, B. (2021). Akulturasi Islam dan Budaya Jawa pada Ruang Liwan Masjid Gedhe Mataram Kotagede. ARSITEKTURA, 19(1), 51-62.

Rahmadhani, F. R. (2017). Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram. In Prosiding Seminar Heritage IPLBI (Vol. 100, p. 047).

Rosilawati, Y., & Mulawarman, K. (2021). Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Pariwisata Berbasis Budaya Di Yogyakarta (Studi Kasus Di Kotagede, Yogyakarta). INTERCODE, 1(2).

https://jagalan.bantulkab.go.id. Pasar Lawas Mataram Kotagede. Diakses melalui (https://jagalan.bantulkab.go.id/first/artikel/432) pada Rabu, 25 September 2024.

https://www.krjogja.com. Pasar Lawas Mataram 2024 Melawat Sejarah dalam Balutan Rasa. Diakses melalui (https://www.krjogja.com/yogyakarta/1245112999/pasar-lawas-mataram-2024-melawat-sejarah-dalam-balutan-rasa) pada Rabu, 25 September 2024.

https://www.antaranews.com. Pemkab: Pasar Lawas Mataram bagian dari pelestarian kebudayaan di bidang kuliner. Diakses melalui (https://www.antaranews.com/berita/4349079/pemkab-pasar-lawas-mataram-bagian-dari-pelestarian-kebudayaan-di-bidang-kuliner) pada Rabu, 25 September 2024.

https://jogjacagar.jogjaprov.go.id. Masjid Gede Mataram Kotagede. Diakses melalui (https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/479/masjid-mataram-kotagede) pada Jumat, 27 September 2024.