Kepadatan penduduk merupakan salah satu isu perkotaan yang paling mendesak di dunia saat ini. Pertumbuhan populasi yang pesat, urbanisasi yang tidak terkendali, dan keterbatasan lahan menjadi faktor-faktor utama yang menyebabkan kepadatan penduduk di berbagai kota di seluruh dunia (Charis Christiani, Pratiwi Tedjo, 2014). Salah satu contoh ekstrem dari kepadatan penduduk adalah Kowloon Walled City di Hong Kong, yang pernah menjadi daerah terpadat di dunia sebelum akhirnya dibongkar pada tahun 1990-an.

Kowloon Walled City bermula dari sebuah pos militer Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi permukiman ilegal setelah Inggris mengambil alih Hong Kong. Selama beberapa dekade, tempat ini menjadi daerah yang tidak diatur oleh pemerintah, dengan bangunan-bangunan tinggi yang saling berhimpitan dan lorong-lorong sempit yang gelap (Ibrohim, 2023). Pada puncaknya, Kowloon Walled City diperkirakan memiliki kepadatan penduduk mencapai 1,9 juta orang per kilometer persegi, menjadikannya tempat dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Kondisi di Kowloon Walled City sangat memprihatinkan. Kowloon Walled City adalah contoh ekstrem dari apa yang dapat terjadi ketika pertumbuhan populasi tidak terkendali dan perencanaan kota yang buruk.

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, isu mengenai kepadatan penduduk ini juga sangat menarik untuk dibahas, sebagai contoh DKI Jakarta saat ini menyandang status sebagai provinsi terpadat di Indonesia dengan 16.165 jiwa/km per2 (BPS, 2024). Kepadatan penduduk yang tinggi dapat berkontribusi pada kemiskinan. Pertambahan jumlah penduduk meningkatkan jumlah tenaga kerja, yang berujung pada peningkatan pengangguran. Akibatnya, masyarakat cenderung mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan demi memenuhi kebutuhan hidup mereka yang semakin sulit. (Yulin & Dita, 2022)

Jumlah penduduk miskin di Jakarta pada September 2024 sebesar 449.000 sementara persentase penduduk miskin di Jakarta pada September 2024 sebesar 4,14 persen, angka ini menurun dari periode Maret 2024 sebesar 0,16%. Meski angka pengangguran mengalami penurunan, angka ini tidak bisa dianggap enteng karena Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami kenaikan menjadi 6,21 persen pada bulan Agustus 2024 (BPS, 2025). Selain itu indikator Gini Ratio atau indikator ketimpangan juga mengalami peningkatan dari 0,423 pada Maret 2024 menjadi 0,431 pada September 2024, yang berarti gap pengeluaran penduduk kelas atas dan kelas bawah menjadi semakin lebar.

Kebijakan imigrasi perlu dievaluasi untuk mengendalikan arus urbanisasi. Peningkatan kualitas hidup di daerah penyangga melalui pembangunan infrastruktur dan pemerataan pembangunan dapat mengurangi tekanan merantau ke Jakarta. Penataan ruang kota yang efektif, termasuk pengembangan hunian vertikal dan revitalisasi kawasan kumuh, penting untuk meningkatkan kapasitas hunian. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelatihan, pendidikan, dan pengembangan UMKM dapat meningkatkan daya saing dan pendapatan. Terakhir, peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan dan partisipasi aktif dalam perencanaan kota akan mendukung kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan. (PDP)

 

 

DAFTAR ISI

BPS. (2024). Kepadatan Penduduk menurut Provinsi (jiwa/km2), 2024. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTQxIzI=/kepadatan-penduduk-menurut-provinsi.html

BPS, J. (2025). Profil Kemiskinan DkI Jakarta.

Charis Christiani, Pratiwi Tedjo, B. M. (2014). Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 102–114.

Ibrohim, A. N. (2023). Kowloon Walled City, Kota Tanpa Hukum yang Jadi Surga Para Kriminal. SINDONEWS.COM. https://international.sindonews.com/read/1197657/45/kowloon-walled-city-kota-tanpa-hukum-yang-jadi-surga-para-kriminal-1694318956

Yulin, C., & Dita, E. (2022). Analisis Kepadatan Penduduk Yang Berpengaruh Terhadap Kemiskinan Dan Degradasi Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS), 01, 1–12.