Berdasarkan data BMKG, Indonesia telah mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 0,6°C/30 tahun sejak tahun 1981-2023. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menunjukkan tren pemanasan ini memengaruhi ekosistem lokal dan kehidupan masyarakat. Perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem yang berdampak pada sektor pertanian, sumber daya air, hingga kesehatan manusia. Ini bukan hanya angka di laporan, tetapi juga kondisi nyata yang kita hadapi sehari-hari, mulai dari gagal panen, krisis air bersih, hingga peningkatan penyakit terkait iklim.

 

Selain itu, menurut KLHK kerusakan lingkungan di Indonesia akibat deforestasi yang mencatat angka 104,5 ribu hektare pada tahun 2022. Pembukaan lahan yang masif, pertambangan ilegal, dan polusi dari industri menyebabkan kehancuran habitat serta hilangnya keanekaragaman hayati. Data dari Climate Accountability Institute Report 2020 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia mencapai peningkatan tertinggi emisi karbon sebesar 581 juta CO2 yang terbesar berasal dari sektor industri, sektor energi, dan alih fungsi lahan yang salah satunya adalah deforestasi. Situasi ini kian memperburuk kondisi iklim lokal dan mempercepat bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

 

Pencemaran udara dan air adalah masalah serius lainnya yang kita hadapi. Menurut IQAir tahun 2023, Indonesia memiliki kota dengan tingkat polusi udara 7 tertinggi di dunia. Jakarta tercatat mengalami peningkatan polutan PM2.5 yang jauh di atas standar aman WHO sebesar 43,8 (µg/m3). Tak hanya itu, sungai-sungai utama di Indonesia seperti Sungai Citarum dan Sungai Brantas sudah terkontaminasi limbah industri dan rumah tangga. Berdasarkan data dari World Bank Group, setiap tahunnya, sungai di Indonesia membawa dan membuang 83% sampah plastik yang nantinya bocor dari darat ke laut sehingga berdampak pada ekosistem perairan dan mengancam kehidupan laut serta kesehatan manusia.

 

Semua data dan fakta ini menunjukkan urgensi perubahan yang perlu dilakukan bersama. Namun, upaya perbaikan tidak hanya bergantung pada pemerintah atau perusahaan, tetapi juga peran kita sebagai masyarakat. Dengan mengurangi konsumsi plastik, beralih ke transportasi ramah lingkungan, dan mendukung produk-produk berkelanjutan, kita juga bisa meminimalisir jejak karbon individu. Edukasi tentang lingkungan dan perubahan perilaku juga penting agar generasi mendatang bisa hidup di lingkungan yang lebih sehat. Mari mulai langkah kecil untuk masa depan yang lebih baik karena lingkungan yang bersih dan sehat adalah hak setiap warga negara dan tanggung jawab kita bersama. (HPS)

 

Sumber:

https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=analisis-laju-perubahan-suhu-udara

https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7243/laju-deforestasi-indonesia-tahun-2021-2022-turun-84

https://tirto.id/sektor-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-indonesia-g41p

https://www.iqair.com/dl/2023_World_Air_Quality_Report.pdf?utm_source=pdf&utm_medium=download&utm_campaign=waqr23&utm_id=waqr23&utm_term=ft#msdynmkt_trackingcontext=01b033db-7a68-403c-abf4-b532e962692e

https://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/plastic-waste-discharges-from-rivers-and-coastlines-in-indonesia

https://www.bbc.com/indonesia/articles/cye4prp60l5o

https://www.mongabay.co.id/2023/03/25/sungai-brantas-tercemar-limbah-industri-dan-mikroplastik-pemulihannya/