“Bekerjalah dengan alam, bukan melawannya,” demikian ungkapan sederhana dari Bill Mollison yang mengilhami konsep permakultur. Permakultur, sebagai sistem pertanian berkelanjutan, memberikan pendekatan yang menggabungkan teknik desain ekologis untuk mendukung ketahanan pangan dan pelestarian alam. Konsep ini sangat relevan bagi masyarakat perkotaan, di mana ruang hijau sering kali terbatas. Berdasarkan Data Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 oleh BPS, sebanyak 90,1% masyarakat perkotaan di Indonesia membangun rumah secara mandiri. Hal ini membuka peluang besar untuk mengadopsi permakultur sebagai bagian dari desain arsitektur yang berkelanjutan. Permakultur menawarkan solusi dengan mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan manajemen sumber daya air terpadu, yang memungkinkan peningkatan kualitas hidup di lahan terbatas, sekaligus menjaga keberlangsungan alam.

Penerapan konsep permakultur dalam desain arsitektur perumahan perkotaan menjadi solusi untuk menciptakan hunian yang berkelanjutan, efisien, dan harmonis dengan alam. Dengan luas lahan terbatas, permakultur mendorong kreativitas dalam merancang lanskap dan bangunan. Desain lanskap berkelanjutan, seperti swale untuk menampung air hujan serta praktik polikultur, dapat diterapkan pada taman atau pekarangan rumah. Hal ini membantu mengelola sumber daya alam secara lebih efisien dan mendukung kesuburan tanah. Dengan penerapan ini, lingkungan rumah menjadi lebih hijau, beragam secara hayati, serta mendukung ketahanan pangan mandiri, yang membawa manfaat langsung bagi kesehatan ekosistem perkotaan.

Implementasi permakultur dalam arsitektur perumahan juga meliputi pengelolaan air dan energi terbarukan. Misalnya, penampungan air hujan dapat dipasang untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah dan menjaga ketersediaan air di musim kering. Selain itu, desain pasif seperti penggunaan atap miring dan ventilasi alami membantu memanfaatkan sinar matahari dan angin untuk mengurangi kebutuhan energi pendinginan atau pemanas buatan. Komunitas sekitar juga dapat dilibatkan melalui program edukasi keberlanjutan, menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya permakultur. Dengan penggunaan material ramah lingkungan, konsep permakultur menjadikan hunian lebih sehat, nyaman, dan harmonis dengan alam, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Urgensi penerapan konsep permakultur dalam pembangunan perumahan dan permukiman semakin tinggi mengingat berbagai tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi masyarakat perkotaan saat ini. Keberlanjutan sumber daya alam menjadi salah satu alasan utama, di mana pengelolaan air yang baik dan peningkatan ketahanan pangan bisa dicapai melalui desain permakultur. Selain itu, konsep ini berpotensi besar dalam mengurangi jejak karbon karena mendorong penggunaan bahan organik dan sistem pertanian terintegrasi, yang berdampak positif pada lingkungan. Penerapan permakultur juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup, terutama dengan adanya ruang hijau yang mendukung kesehatan mental dan ramah bagi lansia. Lebih jauh, konsep ini membantu memperkuat resiliensi terhadap perubahan iklim dengan menawarkan adaptasi lingkungan yang dapat mengurangi risiko bencana. Oleh karena itu, penerapan permakultur dalam perumahan dan permukiman bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan mendesak demi menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.

Dengan segala tantangan yang dihadapi lingkungan perkotaan saat ini, penerapan permakultur menjadi solusi yang tak hanya ideal tetapi juga mendesak. Konsep ini tidak hanya menawarkan pendekatan berkelanjutan dalam desain arsitektur dan pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi jejak karbon, dan memperkuat resiliensi terhadap perubahan iklim. Dengan mengintegrasikan permakultur dalam pembangunan perumahan dan permukiman, kita menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dengan alam, sekaligus membangun fondasi masa depan yang lebih lestari dan seimbang bagi generasi mendatang. (PNA)

 

 

Sumber:

Anugerah, M. K., & Rini Hidayati, S. T. (2022). Perancangan Rumah Lansia Di Kota Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Permakultur (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Dewi, I. K., Febriani, Y., Djajakapermana, R. D., Widyana, I., & Hakim, M. A. (2024). Konsep desain taman lingkungan di perumahan RT 06/RW 03 Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Bogor Utara berbasis partisipasi masyarakat. Jurnal Lingkungan, 16(1), 48096. https://doi.org/10.29244/jli.v16i1.48096

Jermias, E. O., Awal, M. N., Rahman, A., & Suhaeb, F. W. (2023). Sosialisasi Permakultur Dalam Menunjang Pertanian Berkelanjutan di Desa Bola Bulu Kabupaten Sidenreng Rappang. KOMUNITA: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 109-117.

Nurfajrina, N. S. (2021). PENERAPAN PRINSIP PERMAKULTUR PADA RANCANGAN LANSEKAP GUNA MENCIPTAKAN ARSITEKTUR YANG RAMAH TERHADAP AIR (Studi Kasus: Kebun Kumara dan Sendalu Permaculture).

https://www.panda.id. Sistem Pertanian Permakultur Desa: Solusi Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Lingkungan dan Masyarakat. Diakses melalui (https://www.panda.id/sistem-pertanian-permaculture-desa/) pada Rabu, 13 November 2024.

https://www.neurafarm.com. Permakultur di Lahan Sempit Perkotaan, Kenapa Tidak? Diakses melalui (https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Teknologi%20Pertanian/permakultur-di-lahan-sempit-perkotaan-kenapa-tidak) pada Rabu, 13 November 2024.