Permasalahan sampah di Indonesia terus menjadi ancaman serius terhadap lingkungan, terutama karena tingginya limbah plastik yang dihasilkan. Pada tahun 2015, Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, dengan 3,22 juta metrik ton sampah plastik dibuang dari darat ke laut setiap tahunnya dan tingkat kesalahan pengelolaan sampah plastik mencapai 83%. Pulau Jawa menjadi penyumbang sampah terbesar di Indonesia, dengan produksi sampah harian yang sejalan dengan meningkatnya angka kelahiran. Sayangnya, menurut riset BPS kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah justru menurun, dari 23,69% pada tahun 2013 menjadi 18,84% pada tahun 2014. Mengatasi hal ini, konsep zero waste menjadi salah satu solusi yang ditawarkan, dengan pendekatan etis, ekonomis, efisien, dan visioner yang berupaya menciptakan keberlanjutan lingkungan dalam jangka panjang.

Penerapan konsep zero waste dan keberlanjutan lingkungan dalam pembangunan menjadi semakin penting untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang semakin nyata di era modern. Dalam konteks arsitektural, peningkatan kebutuhan perumahan akibat pertumbuhan penduduk menambah tekanan terhadap lingkungan, mendorong arsitek untuk mengedepankan prinsip pembangunan ramah lingkungan atau green building. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan disebutkan bahwa bangunan ramah lingkungan diharapkan memperhatikan prinsip keberlanjutan mulai dari perancangan, pembangunan, hingga pengelolaannya. Konsep arsitektur berkelanjutan, seperti yang dijelaskan oleh Kunarsih, bertujuan mengurangi dampak negatif konstruksi dengan memanfaatkan material ramah lingkungan atau daur ulang. Saat ini, material bangunan yang dipilih harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu mudah didapat, terjangkau, dekat dengan lokasi, tidak beracun, mudah terurai dan didaur ulang, tahan lama, ramah alam, dan efisien dalam sumber daya.

Conwood pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1997 sebagai alternatif inovatif untuk material kayu dalam konstruksi bangunan. Dirancang untuk menghadirkan keindahan estetika kayu dengan daya tahan yang lebih tinggi, conwood menawarkan ketahanan terhadap cuaca, api, dan hama seperti rayap. Material ini juga bebas dari asbes dan logam berat, sehingga lebih aman bagi kesehatan masyarakat. Dengan komposisi utama dari semen dan fiber selulosa, conwood tidak hanya dikenal sebagai material yang tahan lama, tetapi juga sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan. Saat ini, conwood digunakan dalam berbagai konstruksi bangunan, termasuk apartemen, hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan, serta pasar perumahan. Pemanfaatannya yang fleksibel menjadikan conwood populer sebagai material untuk dinding, plafon, lantai, dan elemen dekoratif, sehingga memungkinkan arsitek untuk menghadirkan desain yang fleksibel dan estetik tanpa khawatir terhadap pengurangan tanaman kayu di Indonesia.

Namun, meskipun conwood memiliki berbagai kelebihan, terdapat beberapa kekurangan yang menjadi bahan pertimbangan. Salah satu tantangannya adalah kurangnya informasi dan edukasi di masyarakat mengenai manfaat conwood, yang membuat penggunaannya belum tersebar luas. Selain itu, meskipun harganya lebih murah dari kayu solid, biaya awal conwood masih lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa alternatif material lainnya, sehingga bisa menjadi hambatan bagi konsumen dengan anggaran terbatas. Conwood juga memiliki kekurangan dalam hal ketahanan terhadap benturan dan goresan, meskipun tahan terhadap cuaca ekstrem dan hama. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan oleh para pengembang dan konsumen agar dapat mempertimbangkan penggunaan conwood secara optimal sesuai kebutuhan dan kondisi proyek.

Permasalahan sampah dan tekanan lingkungan akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan merupakan tantangan besar yang harus segera diatasi di Indonesia. Dengan mengadopsi konsep zero waste dan prinsip keberlanjutan, diharapkan masyarakat Indonesia mampu ikut mengambil andil dalam upaya menurunkan jejak karbon, mengurangi limbah, dan melestarikan lingkungan. Material seperti conwood muncul sebagai alternatif yang mendukung konsep ini, karena tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki daya tahan yang tinggi serta fleksibilitas desain. Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam biaya dan ketahanan fisik, conwood tetap memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan material yang inovatif dan edukasi masyarakat tentang manfaatnya akan mendorong lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan. (PNA)

 

 

Sumber:

Haliya, H. Z., Setyaningsih, W., & Winarto, Y. (2020). Konsep Zero Waste Pada Desain Environmental Learning Park Di Batu, Jawa Timur. Senthong, 3(1).

Darmayanti, T. E. (2023). Kajian Penerapan Konsep Arsitektur Hijau: Cluster Bahamas, Medan. JAUR (JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM RESEARCH), 6(2), 213-224.

https://sekilasinfokampus.blogspot.com. Sekilas Tentang Conwood, Solusi Material Pengganti Kayu Masa Kini. Diakses melalui (https://sekilasinfokampus.blogspot.com/2017/08/conwood-solusi-material-pengganti-kayu.html) pada Kamis, 7 November 2024.

https://temankayu.com. Fasad Eksklusif, Dinding Awet: Mengapa Material Conwood Unggul di Pasaran. Diakses melalui (https://temankayu.com/2024/08/16/fasad-eksklusif-dinding-awet/) pada Kamis, 7 November 2024.

https://www.rajawaliparquet.com. Material Conwood: Kelebihan, Kekurangan, dan Jenisnya. Diakses melalui (https://www.rajawaliparquet.com/kelebihan-dan-kekurangan-conwood/) pada Kamis, 7 November 2024.

https://www.dekorrumahminimalis.com. Proses Produksi Conwood: Menyelami Kehidupan Material yang Elegan. Diakses melalui (https://www.dekorrumahminimalis.com/proses-produksi-conwood/) pada Kamis, 7 November 2024.