Semakin berkembangnya teknologi di era digital saat ini, desa-desa di Indonesia mulai bertransformasi menjadi lebih modern melalui konsep E-Desa. Mengacu pada data Kementerian Desa, hingga tahun 2024, sudah ada sekitar 14.000 desa di Indonesia yang telah menerapkan program digitalisasi desa atau E-Desa dengan berbagai tingkat adopsi teknologi digital. Digitalisasi ini bukan sekadar tren, tetapi sebuah kebutuhan untuk menjawab tantangan zaman. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), desa kini mampu memberikan layanan publik yang lebih cepat, transparan, dan efisien, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakatnya. Selain itu, desa yang sebelumnya sulit terhubung dengan dunia luar kini dapat memasarkan produk lokalnya. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat daya saing desa di tengah arus globalisasi.
Meski menawarkan banyak manfaat, pengembangan E-Desa menghadapi beberapa tantangan yang bisa menghambat keberhasilan, antara lain:
- Keterbatasan infrastruktur dan jaringan internet di daerah pedesaan
Menurut laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sekitar 13% desa di Indonesia masih belum memiliki akses internet yang memadai. Desa-desa ini umumnya berada di daerah terpencil dan sulit dijangkau secara geografis.
- Kurangnya literasi digital di kalangan masyarakat pedesaan
Mengacu pada penuturan dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada tahun 2023, masih ada sekitar 40% masyarakat di pedesaan di Indonesia memiliki tingkat literasi digital yang rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan akses internet, kurangnya pelatihan, dan minimnya infrastruktur digital di daerah-daerah tersebut.
- Kesenjangan ekonomi dan sosial yang dapat memperlebar kesenjangan digital
Badan Pengembangan SDM Kominfo melaporkan, sekitar 30%-40% dari kesenjangan digital di pedesaan disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial yang mencakup keterbatasan infrastruktur, rendahnya tingkat literasi digital, dan kurangnya akses terhadap teknologi dan internet.
- Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di kalangan masyarakat pedesaan
Keterbatasan akses pendidikan formal, pelatihan kerja yang terstruktur dan memadai sering kali menjadi salah satu tantangan utama dalam pengembangan E-Desa. Sehingga masyarakat pedesaan kesulitan dalam menerapkan dan memanfaatkan teknologi digital.
- Keterbatasan dana dalam pengembangan E-Desa
Dana yang terbatas juga tidak luput dari permasalahan utama pengembangan E-Desa. Dilansir dari pusbimtekpalira.com, pemerintah telah mengalokasikan dana desa yang cukup signifikan, seperti Rp71 triliun pada tahun 2025. Akan tetapi, kebutuhan anggaran untuk pengembangan infrastruktur digital dan pelatihan digital masih sangat besar. Selain itu, dana desa sering kali harus dibagi untuk berbagai kebutuhan mendesak lainnya, seperti pembangunan infrastruktur dasar, layanan kesehatan, dan pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa solusi yang dapat diterapkan meliputi:
- Memperluas akses internet dan menyediakan perangkat keras agar semua warga desa bisa terhubung dan menggunakan layanannya,
- Meningkatkan literasi digital masyarakat dan aparat desa melalui pelatihan intensif serta sosialisasi manfaat teknologi,
- Merekrut atau melatih tenaga ahli IT untuk memastikan pengelolaan dan pemeliharaan sistem E-Desa yang berkelanjutan,
- Mengalokasikan dana yang memadai dari pemerintah atau melalui kemitraan untuk mendukung implementasi dan pengembangan E-Desa,
- Membangun sistem yang sederhana, aman, dan mudah digunakan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa.
Oleh karena itu, peran pemerintah, pihak swasta, dan komunitas sangat krusial dalam mendukung pengembangan E-Desa. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat juga diperlukan agar keberhasilan E-Desa dapat terwujud.
Dilansir dari digitaldesa.id, salah satu role model dalam pengembangan E-Desa adalah Desa Mananggu yang berada di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo yang telah sukses menjadi smart village melalui digitalisasi desa. Pada 22 Agustus 2023, Desa Mananggu meluncurkan digitalisasi desa dan mengubah sistem pelayanan manual menjadi otomatis. Sistem layanan DIGIDES menyederhanakan tata kelola data administrasi, termasuk data kependudukan dan persuratan, sehingga pelayanan menjadi cepat dan akurat. (RAS)
Sumber:
Abdulwahab Dihuma. (2023, Desember 11). “Desa Mananggu harus menjadi role model bagi desa smart digital di Kabupaten Boalemo”. Diakses pada 24 Februari 2025 dari https://mananggu.digitaldesa.id/berita/desa-mananggu-harus-menjadi-role-mode-bagi-desa-smart-digital-di-kabupaten-boalemo
Abdul Hamied Razak. (2024, November 30). “75.265 Desa Bakal Bertransformasi menjadi Desa Digital pada 2025 Mendatang”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://news.harianjogja.com/read/2024/11/30/500/1196527/75265-desa-bakal-bertransformasi-menjadi-desa-digital-pada-2025-mendatang
Antara. (2024, November 30). “Kemendes Targetkan Tahun 2025 Semua Desa Jadi Desa Digital”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://timesindonesia.co.id/pemerintahan/520063/kemendes-targetkan-tahun-2025-semua-desa-jadi-desa-digital
Catur Ratna Wulandari. (2024, Oktober 9). “Rural ICT Camp 2024: 13 Persen Desa di Indonesia Belum Terkoneksi Internet”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://digitalmama.id/2024/10/rural-ict-camp-2024-13-persen-desa-di-indonesia-belum-terkoneksi-internet/
DIGIDES. (2023, Desember 7). “Desa Digital: Menggali Potensi Desa Melalui Teknologi Terintegrasi”. Diakses pada 24 Februari 2025 dari https://digitaldesa.id/artikel/desa-digital-menggali-potensi-desa-melalui-teknologi-terintegrasi
Kominfo. (2021). Status Literasi Digital di Indonesia 2021. Katadata Insight Center.
Lode. (2024). “Prioritas Dana Desa Dalam APBN Tahun 2025”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://pusbimtekpalira.com/prioritas-dana-desa-dalam-apbn-tahun-2025/
Mahditia Paramita. (2023, Juli). Masterplan Desa. Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogyakarta. ISBN 978-623-88264-3-8.
MetroTV. (2023, Juni 13). “Indeks Literasi Digital Masyarakat Indonesia Masih Rendah”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/GKdE9GpN-indeks-literasi-digital-masyarakat-indonesia-masih-rendah
Muhammad Lukman Hakim. (24 Oktober 7). “Penguatan Kelembagaan Desa dalam Upaya Mencapai SDGs Desa”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://kumparan.com/lukman-hakim-1704783458930350434/penguatan-kelembagaan-desa-dalam-upaya-mencapai-sdgs-desa-23fZDqz36l0
Panda. (2023, Agustus 22). “E-Desa: Solusi Transformasi Digital untuk Peningkatan Kesejahteraan Desa”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://www.panda.id/e-desa/
Panda. (2023, Oktober 20). “Pengembangan SDM Desa Online: Solusi Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di Pedesaan”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://www.panda.id/pengembangan-sdm-desa-online/
Puskomedia Indonesia. (2023, Mei 12). “Kesenjangan Digital di Wilayah Pedesaan: Apa Penyebab dan Solusinya?”. Diakses pada 27 Februari 2025 dari https://www.puskomedia.id/blog/mengapa-wilayah-pedesaan-memiliki-dampak-kesenjangan-digital-yang-besar/
PuskoMedia Indonesia. (2023, Desember 9). “Desa Online: Membangun Masyarakat Digital yang Inklusif dan Berdaya”. Diakses pada 24 Februari 2025 dari https://www.puskomedia.id/blog/desa-online-membangun-masyarakat-digital-yang-inklusif-dan-berdaya/