Kota Terbersih Ada di Negara-negara Skandinavia
Di tahun 2022, Yale University berkolaborasi dengan World Economic Forum (WEF) mencoba mengukur tingkat kebersihan 180 negara dengan Indeks Performa Lingkungan yang disebut EPI (Environmental Performance Index). Pengukuran EPI mencakup 40 indikator kinerja dalam 11 kategori yang mencakup kualitas air dan sanitasi, udara, keanekaragaman hayati dan habitat, serta berkelanjutan/sustainability. Denmark menyabet nomor satu di dunia dengan total skor EPI mencapai 77,9 dari 100. Negara ini unggul dalam kategori pengelolaan limbah, logam berat, dan kawasan perlindungan lautnya yang mampu mencapai nilai EPI sempurna, yakni 100 dari 100.
IQAir adalah perusahaan teknologi Swiss yang berfokus pada kualitas udara dengan mengoperasikan AirVisual (data kualitas udara dan cuaca, pembacaan polusi, prakiraan cuaca, dan rekomendasi kesehatan) menempatkan Kota Oslo, Norwegia menjadi kota besar paling bersih di dunia. Melansir Msbca, Kota Helsinki, Finlandia juga memiliki transportasi umum terbaik di Eropa karena hampir 80 % warganya menggunakan sepeda (CNN). Hal tersebut membuat Kota Helsinki menjadi kota yang minim asap kendaraan bermotor. Kota-kota di negara Skandinavia terbukti akan kebersihan lingkungannya dengan berbagai predikat yang didapat.
Lalu, bagaimana dengan di Indonesia?
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan penghargaan Adipura Kencana 2023 kepada lima kabupaten/kota di Indonesia, diantaranya Kota Balikpapan, Kota Surabaya, Kota Bontang, Kota Bitung, dan Kabupaten Ciamis (RRI). Peraih penghargaan kota terbersih paling bergengsi secara nasional itu dinilai atas kinerja pengelolaan lingkungan hidup yang inovatif dan berkelanjutan dari pemerintah daerah.
Mari ambil contoh Kota Surabaya, kondisi sampah di Kota Surabaya sudah memasuki kondisi yang membahayakan, dengan jumlah penduduk yang hampir mendekati 3 juta jiwa, Kota Surabaya mampu menghasilkan timbunan sampah yang masuk ke TPA sebesar 1.500 – 1.700 ton per hari, padahal kemampuan TPA Kota Surabaya hanya mampu menampung maksimal 1.000 ton per hari (pasca unair). Kualitas udara Kota Surabaya juga seringkali mencapai pada tidak cukup sehat (dataindonesia.id, jawapos).
Nampak ada ketimpangan yang kontras diantara kota di Indonesia dengan negara-negara Skandinavia. Diperlukan berbagai rancangan dan strategi dari pihak yang berwenang guna mencanangkan kebersihan dan memberikan lingkungan yang sehat.
Apa yang Dapat Dipelajari dari Negara Skandinavia?
Diketahui, Denmark merupakan negara yang memiliki kebijakan paling efektif dan komprehensif di dunia dalam menangani emisi gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim. Sejak 1978, Denmark telah menerapkan program daur ulang limbah. Salah satu inovasinya adalah pabrik CopenHill, yang mengolah sampah menjadi energi listrik ramah lingkungan. Selain menghasilkan energi, fasilitas ini juga berfungsi sebagai area rekreasi, seperti lintasan ski buatan (IDNTimes). Denmark menerapkan sistem pemilahan sampah yang detail sehingga para warga diwajibkan memilah sampah rumah tangga menjadi beberapa kategori, seperti sampah makanan, plastik, kertas, kaca, dan tekstil. Tempat pembuangan untuk setiap kategori disediakan di sekitar pemukiman, dan truk sampah dirancang khusus agar sampah yang sudah dipilah tidak tercampur kembali (Liputan6).
Dukungan dan kebijakan pemerintah juga sangat berperan dalam pengelolaan lingkungan di Negara Denmark. Pemerintah Denmark memiliki target ambisius untuk mengurangi emisi karbon hingga 70% pada tahun 2030. Kebijakan ini mencakup investasi besar dalam energi terbarukan, seperti angin dan biomassa, serta regulasi ketat terhadap industri yang menghasilkan polusi (PPIDMenlhk). Pemerintah juga mendorong kesadaran lingkungan melalui pendidikan formal dan kampanye publik. Warga Denmark diajarkan pentingnya pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari mereka. (Kompas.id.
Kota-kota di Denmark dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan. Terdapat banyak ruang hijau, jalur sepeda yang luas, dan sistem transportasi umum yang efisien. Ketiganya berkontribusi pada kualitas udara yang baik di Denmark. Baik di desa maupun kota, tersedia juga pusat daur ulang lokal di mana warga dapat membawa barang-barang yang tidak dikumpulkan melalui layanan pengumpulan sampah reguler, seperti peralatan elektronik atau furnitur. Hal ini merupakan bentuk dorongan pemerintah setempat guna menjaga lingkungan. Selain itu, terdapat insentif untuk daur ulang dan penalti bagi pembuangan sampah yang tidak sesuai aturan.
Butuh Sebuah Keseriusan dan Konsistensi
Dukungan dan keseriusan pemerintah Denmark atas kebijakan pengelolaan sampah dan lingkungan bersifat berkelanjutan. Kebijakan yang berlaku secara nasional, memastikan adanya standar yang sama di perkotaan maupun di pedesaan. Indonesia dapat meniru keseriusan Denmark dalam mengelola kualitas lingkungannya, hal tersebut dapat dimulai dengan keseriusan yang mantap dilini pembuat kebijakan juga masyarakat itu sendiri. (MTYR)
Referensi
https://www.rri.co.id/nasional/582111/lima-kabupaten-kota-raih-penghargaan-adipura-kencana-klhk
https://www.jawapos.com/surabaya-raya/013648690/surabaya-duduki-posisi-ketiga-dengan-udara-tidak-sehat-setelah-bandung-dan-tangsel