Sulit membayangkan hidup tanpa kendaraan bermotor. Di Indonesia, sepeda motor sudah menjadi denyut nadi mobilitas. Ia praktis, cepat, dan seolah menjadi kunci kelancaran aktivitas harian. Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada cerita lain yang jarang kita bicarakan. Ketergantungan pada transportasi pribadi membawa dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar kemacetan atau polusi. Tanpa kita sadari, kesehatan mental dan fisik perlahan terkikis. Satu klakson yang memicu emosi, satu perjalanan yang penuh stres jika diulang setiap hari, akumulasi dampaknya bisa mengubah cara kita berpikir, merasa, bahkan hidup.
Ironisnya, pilihan kita sempit. Transportasi publik yang seharusnya menjadi solusi justru masih terjebak dalam masalah: minimnya keamanan, kenyamanan, dan pemerataan akses di seluruh wilayah Indonesia. Warga terpaksa memilih kendaraan pribadi, meski menyadari risikonya.
Buku ini mengajak Anda membuka mata, melihat lebih dekat sisi gelap dari sistem mobilitas kita, dan menantang cara pandang lama yang selama ini dianggap “normal.” Jika Anda pernah merasa lelah di jalan, marah karena klakson, atau frustrasi menghadapi kemacetan—mungkin inilah saatnya bertanya: apakah kita bisa bergerak menuju masa depan transportasi yang lebih sehat, aman, dan manusiawi? Jawabannya ada di sini.
Buku “Hak Transportasi Publik” ditulis dengan misi utama untuk menyadarkan masyarakat, bahwa ketersediaan transportasi publik adalah hal yang sangat krusial, baik bagi kondisi ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan, hingga faktor kesehatan. Diawali dengan dinamika transportasi di Indonesia saat ini, pada bab-bab selanjutnya, kami mengulik lebih dalam bagaimana transportasi publik akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita hingga strategi perencanaan penyediaan transportasi publik.
Semoga buku ini dapat menginspirasi dan bermanfaat.
Ukuran: 18,2cm x 25cm
ISBN: –